Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 47)

Bacaan sebelumnya klik di sini


Aku terperangah melihatnya. Charnia menyabangi pria-pria dari sekolah sebelah. Yang membuatku sangat kaget pria itu sedang merokok dan tersenyum akan kedatangan Charnia. Charnia pun membalasnya. Mereka terlihat sangat akrab.

Gerombolan pria yang aku duga tidak baik ini seperti sudah menunggu kedatangannya. Para pria itu lalu berdiri dan mengelilingi Charnia. Aku menepi sejenak melihat apa yang dilakukan Charnia. Seperti biasa aku lakukan dengan sembunyi dan memantau dari kejauhan agar tidak ketahuan.

Charnia lebih banyak bicara di situ. Para pria lalu tertawa dan Charnia memberikan cubitan kecil kepada salah satu pria yang rambutnya agar gondrong. Ini bukan seperti Charnia yang aku kenal. Pertama kali kenal aku mengira dia adalah anak yang baik. Entah apa penyebabnya bisa membuat dia seperti ini. Aku masih tidak percaya. Dalam pikiranku dia pasti saudara kembarnya. Tapi seragamnya berasala dari sekolah kami.

Aku terus berpikir bahwa kejadian yang aku saksikan ini bukanlah orang yang aku suka. Jelas aku kecewa berat. Tidak mungkin aku bisa menyukai wanita yang mudah menggoda laki-laki. Aku melihat sepertinya Charnia akan pulang. Lega sekali melihatnya hanya sebentar. Belum selesai dengan kejadian itu, tangan Charnia ditarik. Kali ini pria lain yang melakukannya sambil mememepet badan Charnia. Tangan satunya merangkul pinggang Charnia dan dia terlihat biasa saja.

Aku tidak sanggup melihat ini lebih jauh. Ingin sekali buru-buru pulang dan melupakan kejadian ini. Tapi aku penasaran ingin melihat sampai selesai. Semakin melihatnya membuatku semakin kecewa. Dada kiriku terasa seperti tertusuk. Sakit sekali melihat orang yang aku suka dikerumuni orang-orang yang tidak baik.

Tidak terlihat wajah risih dari Charnia. Dia seperti sudah biasa dengan asap rokok. Aku tak melihat dia menutup mulut dan hidungnya saat para pria itu mengeluarkan asap rokok. Tersedak karena bau asap pun tak ada tanda-tandanya.

Charnia benar-benar berubah. Hanya itu yang ada di pikiranku. Aku masih tidak percaya ini. Bahkan di kelas juga demikian. Dia menjadi sangat aktif bicara. Beberapa kali terlihat sedang mengobrol dengan pria. Bukan hanya satu orang, tapi laki-laki yang mendekatinya. Citra Charnia saat ini berbeda ketika masih kelas dua. Beda 180 derajat. Dari wanita yang pendiam dan kalem menjadi ramai dan genit.

Aku mulai yakin bahwa Charnia berubah dimulai dari penampilannya. Dia jadi suka mengenakan pakaian yang ketat. Lekuk tubuhnya pun sangat terlihat. Rok yang dikenakan juga semakin pendek. Meski tidak begitu pendek tapi sangat terlihat perubahannya.

Di luar sekolah pun demikian. Pernah sekali ada kejuaraan olahraga di luar sekolah. Aku hadir karena ingin mendukung sekolah tampil melawan sekolah lain. Teman-teman satu sekolah juga datang agar semakin ramai mendukung. Lagi seru-serunya bersorak memberikan dukungan, aku melihat seseorang yang sungguh tak asing. Ya, dia adalah Charnia.

Penampilannya beda sekali. Dia memang tidak memakai pakaian yang ketat. Hanya saja, wanita yang baru aku sadari memiliki badan yang bagus dan berisi ini mengenakan jaket tanpa dilapisi baju. Aku menyadarinya saat pusarnya terlihat ketika Charnia mengikat rambutnya yang mulai panjang. Dia sangat terlihat menggoda. Dengan gaya dan busana seperti itu.

Sejak saat itu aku mulai biasa saja dengan Charnia. Biasa karena kecewa. Kecewa mengetahui wanita yang aku suka berubah. Berubah menjadi di luar kebaikan dan kecantikannya yang terlihat dari dalam. Dalam hatinya mungkin sedang mencari jati diti. Jati diri ini semoga tidak lama. Tidak lama karena Charnia menyadari bahwa apa yang dia lakukan sekarang adalah bukan sifat aslinya.

Itulah cerita masa puber yang aku alami. Masa itu kalau dipikir sangat mengganggu. Tapi aku menikmatinya. Terganggu karena aku dibuat Charnia tidak bisa tidur, tidak bisa fokus terhadap tugas serta pekerjaan, dan pastinya membuat aku selalu memikirkannya. Menikmati karena berarti aku masih memiliki hati. Ini menandakan bahwa aku seperti anak baru gede lainnya yang sedang dilanda kasmaran.

Hanya saja ketika itu proses belajarku menurun. Tidak fokus itu adalah penyebabnya. Beberapa kali aku coba untuk menyerap materi pelajaran ketika di rumah. Tapi hati ini tidak bisa. Selalu saja memikirkan Charnia. Wanita ini benar-benar sudah menyihirku.

Tapi sekarang aku sudah remaja. Menuju usia 17 tahun tepatnya. Masa labil itu sudah aku lupakan tapi tetap akan dikenang. Aku banyak belajar dari situ. Belajar untuk berani pada wanita dan belajar menjaga hati agar bisa tetap belajar dengan baik. Seandainya saja ketika itu aku punya keberanian mendekati Charnia, minimal menjadi teman dekat yang suka cerita dari hal kecil, mungkin dia tidak akan “nakal” seperti itu.

Seperti apa yah kabarnya? Apa dia masih seperti ketika aku kecewa berat padanya? Atau seperti doa yang aku panjatkan padanya agar dia cepat menyadari bahwa yang dilakukan itu salah? Jadi rindu Charnia. sayang setelah kecewa itu aku tidak berhasrat lagi mendekatinya. Memikirkan pun tidak. Meski terkadang benih suka itu muncul. Tapi kemudian layu dengan cepat.

Previous
Next Post »
0 Komentar