Mengejar Pahlawan Nasional Shodancho Supriyadi


Pergi ke bazar buku menjadi kesukaanku baru-baru ini. Selain buku yang ditawarkan lebih murah, banyak sekali pilihan yang bisa dilihat. 13 Januari lalu aku berkesempatan untuk ke bazar buku di Senayan lagi. Ini merupakan kedua kalinya aku ke sana. Aku memang masih awam di acara tersebut. Itu karena kesukaanku pada buku yang baru muncul.

Seperti biasa aku bingung untuk membeli buku jenis apa. Aku bukan orang yang suka dengan satu objek tertentu. Mungkin masih mencari jati diri. Tapi buku komunikasi menjadi prioritasku. Karena aku menimba ilmu di bidang itu, maka minimal harus punya buku tentang komunikasi walaupun tidak banyak.

Di sela mencari buku, aku menemukan buku yang menarik. Judulnya Mencari Supriyadi; Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno. Selain harganya murah, ada CD dalam buku itu. Jadi aku bisa melihat sambil mendengar kalau malas membacanya. Aku juga tertarik membacanya karena sampai saat ini keberadaan Supriyadi masih simpang siur. Walaupun aku tidak begitu mengenalnya, tapi temanku yang suka dengan sejarah terkadang suka menyebut namanya.

Buku ini dikemas tidak seperti buku sejarah secara umum. Buku ini ditulis seperti sebuah wawancara. Jadi bukan tulisan narasi. Pada kata pengantar, penulis membeberkan beberapa orang menyebut dirinya Supriyadi. Tapi ketika ditanya lebih lanjut untuk membuktikan bahwa ia benar Supriyadi, klaim itu salah.

Penulis bisa bertemu dengan orang yang mengaku Supriyadi ini pun dari sebuah acara. Sekarang nama Supriyadi adalah Andaryoko Wisnuprabu. Penulis disarankan oleh seseorang untuk menemui orang yang  dulunya relawan Pembela Tanah Air (PETA). Ia pun menemuinya. Semoga saja ia benar Supriyadi. Dalam bukunya penulis tidak memaksa pembaca agar mempercayai dia Supriyadi. Semua diserahkan penulis setelah pembaca membaca hasil wawancaranya dengan orang tersebut.

Pertanyaan yang diajukan penulis hanya sekitar kehidupan Bung Karno dan Supriyadi. Ia menganggap bahwa orang yang diwawancara bukanlah Supriyadi, tetapi Andaryoko yang mengalami momen bersejarah. Dari wawancara itu, ternyata ada perbedaan sejarah yang sudah beredar pada masyarakat.

Kejadiannya tetap sama, tapi hanya sebutannya saja yang berbeda. Salah satu contohnya adalah ketika Sukarno diculik untuk merumuskan kemerdekaaan Indonesia. Menurut Andaryoko, peristiwa itu Sukarno tidak diculik, tapi dipaksa untuk merumuskan kemerdekaan. Memang ada pemaksaan di situ, tapi bukan penculikan.

Semua cerita yang dikisahkan Andaryoko benar-benar nyata. Ia seperti orang yang mengalami peristiwa itu. Ia juga memberi alasan kenapa sejak hilang dan baru sekarang memunculkan diri. Meski baru sekarang memunculkan diri, ia tetap tidak menggembor-gemborkan pada orang bahwa ialah Supriyadi.

Andaryoko hanya mau menceritakan kisahnya ini pada orang yang dipercaya. Ia mau membeberkan sejarah yang menurutnya sudah diputar faktanya kepada penulis karena penulis akan membukukan hasil wawancaranya.

Setelah wawancara, penulis mengajak Andaryoko ke pembantu Sukarno yang lain. Namanya Soekardjo Wilardjito Awalnya Soekardjo tidak sadar bahwa ia sedang bersama Supriyadi. Itu karena sudah lebih dari 30 tahun tidak bertemu. Tapi saat penulis memperkenalkannya, Wilardjo sadar. Ia mengaku seperti pernah bertemu dengan Andaryoko. Ia langsung berkata, “Ternyata mas Pri.”

Di akhir buku, dituliskan beberapa keraguan mengenai keterangan Andaryoko. Meski begitu, dijelaskan juga alasan bahwa pernyataan Andaryoko benar. Di lampiran juga ditampilkan surat yang menyatakan Andaryoko adalah Supriyadi berdasarkan kesaksian Letjen. Marinir (Purn.) Chaerul Fattulah yang pada 2004 sudah berusia 105 tahun. Pada akhirnya pembaca yang menyimpulkan apakah Andaryoko Wisnuprabu ini adalah Supriyadi.
Previous
Next Post »
0 Komentar