KKN Amoral (jilid 2)

Personil KKN Amoral saat melakukan program sanitasi air

Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kelompokku benar-benar mengabdi kepada masyarakat. Bukannya ingin sombong, tapi ini terlihat dari program yang ingin dicapai ketua kelompok beserta ketua acara menginginkan hal yang demikian. Jika membayangkan saja membuatku diam tak berdaya. Dalam hati aku hanya bisa berkata, “Semoga saja aku sanggup menjalaninya.”
Karena saat itu sedang bulan Ramadhan, maka kegiatan belajar mengajar pun tak luput dari program kerja kami. Sebenarnya tanpa bulan yang katanya penuh berkah ini, kegiatan belajar menjadi program favorit setiap kelompok. Ucapanku ini bukan tanpa sebab. Aku sudah beberapa kali menanyakan kepada seniorku di berbagai fakultas. Hasilnya mereka memiliki kegiatan itu. Bahkan, adik kelas juga mengikuti jejak ini. Mungkin beberapa tahun ke depan, kegiatan belajar mengajar wajib ada dalam program kerja KKN.
Pembahasan belajar mengajar sampai di situ saja. Masih ada lagi program kerja yang harus dijelaskan pada curhatan ini. Program terbesar dalam KKN Amoral (pembahasan nama kelompok ini sudah dibahas pada tulisan sebelumnya) adalah pembuatan MCK. Dana pembuatan inilah yang paling besar dari program lain. Program ini pula membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar.
Meski kita sudah menyepakati program ini, tapi beberapa orang dari kelompok kami tidak konsisten dengan ucapannya. Saat pembuatan, mereka dapat dikatakan tidak ada kontribusinya. Mereka semua adalah para wanitanya. Bukannya ingin diperhatikan, tapi mereka semua tidak ada inisiatifnya untuk membantu pekerjaan ini. Jangankan membantu, melihat pekerjaannya saja tidak pernah. Mereka hanya merengek ketika membutuhkan tenaga pria. Sungguh kesal mengingat itu lagi!
Sebenarnya bukan kelompok kami saja yang aku kesali, beberapa warganya juga. Padahal proyek ini untuk mereka, tapi tak ada satupun warga yang membantu. Hanya ketua Rukun Tetangga (RT) yang membantu. Itu mungkin karena ia tak enak dengan kami. Sebenarnya pak RT pernah mengatakan bahwa warganya kalau siang selalu bekerja di sawah. Pekerjaan warga sini memang bertani, karena kami ‘mengabdi’ di kaki Gunung Salak.
Program kami yang lain adalah membuat taman bacaan.meski tidak seperti taman bacaan umum, niat kami hanya ingin agar warga sekitar memiliki perpustakaan. Ini karena pendidikan mereka yang hampir sebagian dari mereka tak lulus SMA. Bahkan saat kami mengajar, anak kelas 6 SD masih belum bisa membaca dengan baik. Benakku terbesit bahwa KKN ini tak cukup sebulan. Banyak sekali permasalahan yang ada di sini.
Selain pendidikan yang rendah, kesadaran warga akan kebersihan lingkungan masih kurang. Oleh sebab itu, pemahaman tentang pentingnya kebersihan kami adakan beserta penyediaan tempat sampah. Mungkin hanya program ini yang melibatkan seluruh personil KKN Amoral. Tapi tetap saja warganya membuatku kesal. Disaat kami memungut samapah, warganya hanya menonton seakan-akan kami adalah tontonan yang menghibur. Sungguh pemikiran yang tidak manusiawi.
Persiapan program pengadaan tempat sampah

Mungkin hanya itu program yang dikerjakan KKN Amoral. Aku akui program itu hanya sedikit. Tapi jika dilihat waktu yang singkat, mungkin usaha kami (anggap saja kami semua) cukup memuaskan. Selain masalah waktu, biaya juga tak bias dilepaskan dari program ini. Tak bisa dipungkiri bahwa setiap program itu akan terlaksana jika memiliki dana yang cukup.
Terus terang aku merasa kesulitan dalam pencarian dana. Bahkan pihak kampus tak memberi biaya. Justru kami yang harus membayar ke kampus. Alasan mereka, kita harus membiayai transport tim penilai. Aku tak pernah menerima alasan ini, karena aku yakin universitas pasti memiliki dana untuk acara seperti ini, karena KKN merupakan salah satu dari tri darma perguruan tinggi.

Tapi aku mencoba untuk ikhlas dan berharap kegiatan kami berkah dan bermanfaat bagi warga Parakan Salak.
Previous
Next Post »
0 Komentar