Khatam Al-quran

Pengajian di bulan Ramadhan tahun 2010. (Harap maklum gambar kecil karena masih menggunakan "telepon bodoh")


Sepuluh tahun sudah aku menghabiskan malam di masjid untuk tadarus selama bulan Ramadhan. Kegiatan yang sebenarnya kebetulan ini seakan menjadi sesuatu yang wajib jika Ramadhan tiba. Meski menyelesaikan Al-quran dilakukan keroyokan, setidaknya aku dan remaja yang lain ada keinginan untuk membaca ayat suci ini hingga habis.

Jika dibandingkan dengan teman seumuran, kami dikatakan selangkah lebih maju. Bukan kami tidak mau mengajak, tapi memang tidak ada keinginan bagi mereka untuk membaca Al-quran. Kata temanku yang anak pesantren, "Jika solat itu seperti kita bicara sama Tuhan, membaca Al-quran itu ibarat Tuhan bicara sama kita." Itulah sebabnya seharusnya kita diam dan dengarkan ketika orang sedang membaca Al-quran.

Progres membaca Al-quran kami dari tahun ke tahun bisa dikatakan lebih baik. Pertama kali aku bergabung, kami dibagi tugas untuk membaca ayat lalu dibaca secara bersamaan. Memang dalam satu bulan kami selesai membaca Al-quran. Tapi aku merasa setiap membaca kami hanya berisik membaca ayat yang ditugaskan.

Kami hanya fokus dengan tugas masing-masing sehingga lupa akan yang sebaiknya dilakukan jika ada seseorang yang membaca Al-quran, yakni diam dan dengarkan. Terkadang aku bertanya, "Apa ini bisa dikatakan khatam Al-quran?"

Selama lima tahun kami melakukan itu. Akhirnya ada keinginan untuk berubah. Lima tahun lalu kami mulai fokus belajar Al-quran sambil selesai membacanya satu buku dalam sebulan. Memang waktu ini lama karena harus bergantian membaca dan mendengarkan. Belum lagi kalau yang membaca ini tidak terlalu lancar, waktunya bertambah panjang.

Tidak heran ada yang tidak betah dengan sistem seperti ini. Beberapa teman yang sudah mendapat tugas kemudian meninggalkan ruangan untuk sekedar menghirup udara segar atau merokok. Hanya sedikit yang kuat melakukan ini dari awal hingga akhir.

Menurutku tidak masalah. Kami ini masih belajar jadi proses seperti ini harus dimaklumi. Temanku yang anak pesantren diskusi membahas ini. "Sebenarnya pengajian itu hanya untuk khatam atau belajar Al-quran?" Dia seperti mengkritisi pengajian yang sedang kami lakukan.

Kritiknya bukan tanpa sebab. Ketika itu ada teman lain yang membaca tajwid-nya salah. Saat ingin dibetulkan, dia sudah jauh membaca yang lain karena membaca begitu cepat. Panjang-pendek harokat pun tidak diperhatikan. Padahal, dalam bahasa arab, hal seperti ini mempengaruhi arti.

Tapi waktu itu aku hanya diam. Aku hanya bisa mendengarkan saja kritik darinya. Ya mau diapakan lagi, kami semua buka orang yang pandai agama. Melakukan hal seperti ini saja bagiku adalah anugerah tersendiri.

Membaca Al-quran hingga selesai saja mungkin cuma bisa dilakukan di bulan suci ini. Level kami memang masih rendah, tapi pasti akan berkembang berjalannya waktu.

Hingga satu tahun kemudian aku dekat dengan seorang wanita. Kedekatan yang sebenarnya biasa saja. Tapi kami sering berbalas pesan dan sangat intens di bulan puasa itu. Hingga suatu hari menjelang selesainya bulan Ramadhan dia berkata, "Aku lagi mau coba khatam nih bang. Masih ada tiga juz lagi." padahal ketika itu sudah hari terakhir puasa.

Aku pun tidak mengganggunya hingga selesai membaca. Dia mengabari saat sudah selesai khatam. Aku sangat salut dengannya karena di usia yang lebih muda tiga tahun dariku sudah bisa menyelesaikan Al-quran sendirian. Beda sekali jika dibandingkan aku yang hanya bisa khatam karena keroyokan.

Mulai mengaji sendiri

Akhirnya aku berjanji di tahun depan untuk khatam membaca Al-quran sendirian. Alhamdulillah misi itu tercapai. Bahkan hingga saat ini meski dihadapkan dengan kesibukan mencari berita aku masih bisa menyelesaikan misi itu.

Aku berharap semakin sibuk duniaku yang seperti ini tidak membuatku malas atau terhenti membaca Al-quran. Tidak lupa pula aku berterima kasih pada wanita yang telah menjadikan contoh dan semangatku untuk menyelesaikan membaca Al-quran di bulan Ramadhan.

Oh iya cerita ini bukan bermaksud riya karena aku bisa menyelesaikan membaca Al-quran dalam satu bulan. Tujuanku agar yang membaca ini terinspirasi atas apa yang telah kualami pada wanita itu. Telat itu wajar asalkan ada kemauan untuk berubah. Karena terkadang kita itu harus punya orang yang dijadikan panutan.

(Foto bonus). Ini momen saat makan bareng setelah pengajian. Lebih tepatnya di sela-sela rapat membahas kegiatan di bulan Ramadhan. Maaf wanitanya tidak menggunakan kerudung karena memang saat itu belum mengharuskan wanitanya untuk berkerudung rapi. Mereka hanya membawa kain lalu dikenakan di kepala. Biar kaya ibu-ibu sosialita. Foto diambil masih pada tahun 2010

Previous
Next Post »
0 Komentar