Bacaan sebelumnya klik di sini
"Lu bisa main Blink yang judulnya Adam's Song?" tanya Rapsan pada Asep dan Ihsan.
"Lu bisa main Blink yang judulnya Adam's Song?" tanya Rapsan pada Asep dan Ihsan.
"Gua
sih tinggal nyesuain gitar saja," Ihsan jawab santai.
"Kalau
gua kan gitar tambahan, paling ngikutin bass sama melodi," Asep
menyambar. Permainan dimulai. Asep sebenarnya tahu kunci lagu itu,
tapi yang dimainkan Rapsan berbeda, jadi agak suka salah kunci.
Berbeda dengan aku yang sejak dulu memainkan lagu ini, menggunakan
bass di musik ini tidak perlu diajari lagi.
Lagu
pertama tidak terlalu buruk. Meski kami membutuhkan waktu 10 menit
untuk menentukan lagu, setelah lagu Blink semuanya lancar.
Seakan-akan kami tahu apa yang akan dimainkan. Bermusik kali ini
dihabiskan dengan lagu Blink.
Keasikan
Rapsan bermusik dengan teman sekolah muncul lagi. Seminggu kemudian
dia mengajak nge-bang lagi. Jika sebelumnya dengan Ihsan, kini
mencoba untuk mengajak Danu. Rapsan ingin coba bermain lagi
dengannya. Aku dengar kalau Danu juga sedang les main drum. Jadi dia
bisa menggantikan Ihsan. Personil sama seperti yang kemarin.
Akan
tetapi selera musik Danu kini telah berubah. Sejak ada band baru yang
personilnya satu sekolah dengan SMP dia dulu, dia mengikuti aliran
genre band tersebut. Motivasinya untuk jadi terkenal saat ini bukan
karena kepuasan karena musiknya dihargai, tapi menjadi dihargai oleh
industri musik.
Band
yang kini menjadi kiblat Danu adalah d'vast. Grup musik yang terkenal
karena mengikuti kontes musik ternama di Indonesia. D'vast menjadi
juara satu pada ajang tersebut dan diorbitkan musik mereka di kancah
nasional.
Danu
mulai rajin lagi mengobrol dengan Rapsan. Sebenarnya aku senang
mereka sering kumpul lagi. Aku merasa perpindahan kelas membuat kami
sedikit menjauh. Ya mau diapakan lagi. Memang sudah seperti itu
peraturannya. Hikmahnya aku bisa kenal dengan teman lain setiap
tahunnya.
Danu
mengajak bermusik lagi. Kali ini dia mengenalkanku d'vast. Band yang
sungguh asing di telinga. Pokoknya Danu mempromosikan segala yang
bagus tentang d'vast. Dari mulai cara mereka bermusik, sejarah mereka
dari bawah hingga seperti sekarang hingga suara khas si vokalis.
"d'vast
itu pakai 'v' atau 'f'?" tanyaku.
"Pakai
'v.' artinya itu besar," Rapsan memberitahuku.
"Nih
coba dengar lagunya," kata Danu mengeraskan volume telepon
genggam yang sedari tadi ada di saku celana sebelah kiri. Musiknya
enak didengar untuk pasaran musik di Indonesia. Tidak terlalu keras,
liriknya pun kena di hati. Sang promotor tidak salah memilih band ini
menjadi juara satu di lomba tersebut.
"Enak
kan? Gua tahu kuncinya. Nanti kita ngeband bawain lagu ini saja,"
tambah Danu walaupun kami belum mengomentari.
Keesokannya
kami bermain lagi. Empat kali lebih kami memainkan lagu ini. Bosan
juga sih tapi mau gimana lagi. Danu selalu meminta lagu ini karena
dia sedang diracuni d'vast. Rapsan disuruh untuk membuat lagu lagi
tapi dengan aliran d'vast.
Tidak
hanya pada musiknya saja, tapi Danu juga mulai menelusuri kehidupan
masing-masing personil. Rumah mereka, tempat di mana mereka sekolah
apapun lainnya. Karena memang vokalis d'vast, Rian pernah satu
sekolah dengannya, Danu mencari tahu informasi dari temannya dulu.
Dari hasil penelusurannya, drummer band itu juga ternyata satu kelas
dengan Rian. Makin cinta saja Danu dengan mereka.
Hingga
pada suatu hari kami mulai main lagi di rumah Danu. Kami berbincang
tidak jelas seperti biasanya. Kami tertawa-tawa sambil meledek satu
dengan yang lain. Berjam-jam kami melepas canda, Danu membuat teman
perbicaraan baru. "Lu tahu ga? Ternyata adik drummer d'vast itu
teman SMP gua juga."
"Terus
kenapa?" Rapsan merespon tanpa ekspresi. Aku hanya diam saja.
Pasti Danu berharap kami antusias dengan ceritanya itu. Kalau itu
yang dia impikan, pikirannya salah besar. Mana mungkin kami tertarik
dengan yang seperti itu.
"Gua
dapet nomor adiknya. Rencana gua sih mau pacarin adik drummer ini."
Bersambung......
0 Komentar