Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 30)




“Lu yakin?” Tanya Rapsan. Aku hanya mengernyitkan alis. Ucapanku sudah diwakili Rapsan. Entah apa yang ada dipikiran Danu sampai punya niat untuk memacari adik dari personil band d'vast. Motivasinya sudah menghalalkan segala cara. Aku tidak menyangka Danu akan melakukan seperti ini. Tapi aku tidak yakin dia bisa melakukan misi itu.

“Memang ada masalah?” Danu membalas.

“Lu sama cewe yang disuka saja ngga berani ngobrol. Apalagi buat misi yang lebih gede kaya gini,” Rapsan meyakinkan Danu.

“Aaahhh itu gampang. Gua bukan Danu yang dulu. Lu liat saja.”

“Kapan terakhir kali lu deket sama cewe? Selama gua kenal lu, lu ngga pernah deketin cewe. Teman-teman gua itu pecundang semua. Gede mulut doang!”

“Lu jangan banyak cing-cong. Ngaca coba. Lu juga ngga berani ngobrol sama Citra.”

“Tapi kan gua ngga punya niat jelek kaya lu.”

“Kalau deketin adik d'vast memang jelek? Dia kan teman SMP gua juga.”

“Itu sebelum tahu kalau dia adik artis. Sekarang sudah beda.”

Aku tidak tahu harus dukung yang mana. Suasana makin runyam. Keadaan seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi di mana Danu dan Rapsan beradu mulut. Akan tetapi ini beda. Ini sudah mulai membicarakan masalah perasaan. Apalagi harus melibatkan orang yang sebenarnya tidak tahu apa-apa.

Aku melihat sebenarnya kami salah juga. Kami belum mendengar penjelasan lebih dalam. Bisa saja memang mereka dulu pernah saling suka. Dan ternyata memang benar. Setelah perdebatan panjang, Danu menceritakannya. Adik drummer d'vast ini pernah menaruh hati pada Danu. Aku menyebutnya cinta monyet.

Mereka hanya pernah satu kelas di tahun pertama. Setelah naik kelas, mereka tidak pernah satu kelas. Di kelas satu itu pula mereka diledek teman-temannya. Ini berawal dari teman mereka yang ember ke seisi kelas bahwa wanita itu suka dengan Danu. Christie, nama adik drummer ini dari pertama masuk sudah menjadi bahan ejekan. Kulitnya yang terbilang cukup cokelat pekat itulah yang makin membuatnya terus dihujat.

Tapi sekarang sudah berbeda. Saat ditunjukkan foto Christie oleh salah satu teman Danu, dia sudah berubah. Kulitnya masih cokelat tapi tidak pekat. Sekarang Christie sudah pandai merawat tubuh. Badannya pun menurut pengakuan Danu sudah berisi. "Montok lah pokoknya," kata Danu.

Tetap saja aku ragu dengan apa yang akan dilakukan Danu. Dua bulan lalu setelah libur puasa dia mengajak kami ketemuan sama perempuan. Perempuan ini masih SMP kelas dua. Itu berarti beda tiga tahun sama kami.

"Gua dapat nomor ini cewe dari teman rumah. Gua belum pernah ketemu juga sih, tapi katanya ada yang cakep. Lumayan buat senang-senang."

"Siapa saja yang mau ke sana?" Tanyaku.

"Ya kaya biasa saja." Danu mengajak teman-teman di kelas satu dulu. Hitung-hitung kami kumpul lagi.

Selagi persiapan berangkat Danu bercerita awal mula kedekatan mereka. Waktu itu memang lagi jamannya minta nomor wanita ke teman. Nah, karena kebosanan Danu di bulan puasa lalu, dia minta ke temannya untuk dikenalkan oleh wanita. Transaksi pertukaran pelajar pun dimulai. 'Lu kasih, gua beri.' Itu prinsip pertukaran nomor pelajar.

Ternyata dari satu nomor wanita ini, Danu dikenalkan oleh teman wanita ini. Danu bilang namanya Winda. Saat sedang asik mengirim pesan, ternyata teman Winda yang ketika itu membalas. Winda minta maaf karena yang balas pesan itu barusan bukan dia.

Danu memaklumi. Tapi kesempatan itu tidak dia lewatkan. "Itu teman rumah?" kata Danu di pesan singkat.

"Bukan. Ini teman sekolah. Dia lagi menginap di sini." Dari situ Danu meminta dikenalkan dengan teman Winda. Dia pun dapat dua wanita dalam sekali kenalan.

"Sudah kumpul semua kan? Ayo kita jalan." kata Danu.

Bersambung.........
Previous
Next Post »
0 Komentar