Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 31)

Bacaan sebelumnya klik di sini


Winda dan kawan-kawan ternyata sekolah di Jakarta. Jakarta perbatasan lebih tepatnya. Sekolah kami memang tidak begitu jauh dengan Jakarta. Maklum sekolah di pinggir Tangerang dan Jakarta membuatku ke mana saja mudah. Akan tetapi kami lebih sering main di Jakarta. Yah namanya juga ibu kota, semua orang pada ingin ke sana.
 
Perjalanan untuk bertemu Winda tidak begitu jauh. Kurang dari 20 menit kami sudah tiba di lokasi tempat bertemu. “Mana orangnya?” kata Rapsan tidak sabar. “Iya ini gua mau telepon orangnya dulu.” Tanpa diperintah Danu memang sudah berinisiatif untuk cepat menghubungi agar bisa ketemu. Tiba-tiba Danu bicara sendiri. Dia berbicara dengan orang yang sedang ditelepon.


“Beres!” Danu menjawab kegelisahan kami. Michael sudah tidak tahan karena sinar matahari begitu terik. Baru libur dari bulan Ramadhan membuat sekolah hanya sebentar karena cuma halal bi halal. Beberapa menit berselang segerombolan anak SMP muncul dari persimpangan.


Dari kejauhan mereka terlihat malu-malu berjalan. Sepertinya ragu. Begitu pun dengan Danu. Salah satu dari wanita itu memencet tombol teleponnya. Telepon Danu bunyi. Ternyata para gadis itu adalah orang yang kami cari. Yang menelepon adalah Winda. Dia menelepon agar yakin kalau orang yang mereka lihat adalah kami, Danu dengan temannya.


Tidak ada yang beranjak selangkahpun di antara kami. Telepon Danu kembali berdering. Itu hanya pesan singkat. “Lu ke mari,” tertulis di layar. “Cewe-cewenya pada minta disamperin tuh,” Danu menyuruh kami untuk menghampiri mereka.


Masih tidak ada pula yang melangkahkan kaki. “Cemen banget lu,” kataku. “Ini nggak ada yang berani nyamperin?” “Ayo barengan,” kata Danu yang sudah aku duga tidak berani. Kami semua barengan berjalan Michael dan Riski jalan belakangan.


Proses perkenalan berlangsung. Kami semua salaman. Aku menlacak siapa saja wanita-wanita yang bisa dilobi lebih lanjut. Tidak semuanya bagus ternyata. Beberapa dari mereka sudah ditandai dan dihapal nama-namanya. Ternyata yang lain juga begitu. Akan tetapi setelah salaman tidak ada lagi pergerakan dari pihak wanita maupun wanita.


Semuanya sunyi. Bingung mau membahas apa. Michael dan Riski sibuk berdua melihat telepon Michael. Sepertinya ada yang seru. Danu dan Rapsan juga sama. Mereka malah asik berdua. Padahal Danu yang punya hajat. Lalu aku bagaimana? Terpaksa hanya memandangi sekitar. Pertemuan dengan modusan Danu berjalan landai. Tidak ada yang menarik. Apalagi Danu. Cuma jago via telepon saja, saat ketemu mah loyo.


Dari situ pandanganku bahwa dia ingin mendekati Christie bahkan untuk memacarinya tidak akan mungkin. Tapi pandanganku salah. Dia memang sangat terobsesi kenal d’vast lebih lanjut. Aku berharap motivasinya itu berubah. Berubah karena ingin memiliki Christie berdasarkan hati yang terdalam.


Sambil mendekati Christie, Danu kembali membentuk band yang kini tanpa aku. Band yang sebenarnya kelanjutan dari hasil kelompok yang dibuat oleh sekolah. Saat itu ada perlombaan band antarsekolah. Karena sekolah kami baru dan tidak ada ekstra kulikuler musik, akhirnya diumumkan penjaringan personil band.


Pengumuman yang beredar dari mulut ke mulut dan hari itu juga akan ada audisi. Aku sebenarnya bisa saja untuk ikut. Tapi aku minder. Aku tahu bahwa aku tidak ada apa-apanya karena memang masih baru. Terlebih saat itu juga ada tugas kelompok yang musti dilakukan bersama-sama. Aku kalah sebelum bertanding. Ini baru pecundang sebenarnya.


Saat pengumuman aku tercenung. Di kelasku yang lolos ada dua orang yaitu Rapsan dan Rian, nama yang sama dengan vokalis d’vast. Rapsan mengatakan kalau yang mendaftar saat itu orangnya pas lima orang dengan keahlian yang dibutuhkan. Jadi tidak terlalu lama bagi sekolah untuk membentuk band sekolah.


Beberapa kali band ini tampil di undangan baik di luar ataupun dalam sekolah. Walaupun tidak begitu sering tapi mereka kumpul cukup intens. Rapsan kembali punya mainan baru. Aku kembali merasa tersisihkan. Aku merasa seperti orang yang dijadikan opsi terakhir kalau bermusik. Aku paham akan kondisi ini. Mau diapakan lagi. Keahlian yang bicara.


Kami mendengar ada pengumuman kalau sekolah akan mengadakan pentas seni. Setiap orang boleh mendaftar. Band yang akan ditampilkan hanya delapan saja. Rapsan tumben tidak heboh. “Gua sudah didaftarin sama band sekolah atas nama pribadi,” katanya.


Bersambung.....
Previous
Next Post »
0 Komentar