Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 73)


Aku sebenarnya ragu saling berkirim pesan dengan Mega. Bagaimana tidak, teman dari SMP, Dimas sering cerita padaku kalau dia suka Mega. Perkenalannya sudah berlangsung sejak kelas dua. Sejak saat itu pula dia ada rasa suka. Memang, aku tidak terlalu dekat lagi dengan Dimas setelah SMA, tapi terkadang kalau mengobrol dia sering menceritakan Mega.

Kalau Dimas saja sih tidak masalah. Karena gebetan dia di mana-mana. Banyak wanita yang gabung di OSIS baik itu seangkatan maupun adik kelas tidak luput dia gaet meski belum ada yang terjerat. Jadi aku agak sedikit ragu dengan perasaan dia pada Mega. Beberapa kali juga aku lihat dia mengobrol berdua dan tertawa bersama wanita lain.

Sama Tia juga demikian. Dia bilangnya sih hanya adik kakak. Tapi aku tidak percaya. Itu modus dia saja agar bisa makin dekat dengan Tia. Dan akhirnya Tia lebih tertarik padaku walaupun aku masih menganggap dia biasa saja.

Nah, yang paling jadi masalah adalah Rapsan. Dia juga suka Mega. Bahkan lebih dulu dari Dimas. Dia sudah suka Mega sejak kelas satu. Awal mulanya melihat Mega yang sedang panas-panasan yang akan lomba paskibra antarsekolah Tangerang. Aku heran bisa saja dia melacak dari sekian banyak wanita yang sedang latihan itu. Terlebih lagi mereka latihan selalu pada jam belajar.

Kelas satu Rapsan masih hanya berani melihat dari kejauhan. Seperti biasa besar mulut tapi tidak ada tindakannya. Yang tidak pernah aku lupa adalah ketika Mega bergandeng tangan bersama pria satu kelas. Rapsan langsung heboh sendiri bersama Danu yang melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri. Kemudian pria itu menjadi bahan olok-olok mereka. Dan aku hanya tertawa saja.

Yah, seperti itu. Gaduh sendiri kalau Mega dekat dengan orang lain, tapi tidak ada keberanian untuk mendekatinya. Di kelas dua mulai ada perubahan. Kebetulan kelas kami tetanggaan. Ditambah lagi Riski ada di kelas itu. Jadi kami bisa punya alasan untuk main ke sana. Sudah begitu Rapsan sudah memiliki telepon genggam. Makin mudah saja mendekati Mega.

Cara Rapsan mencari perhatian Mega bisa dikatakan agak unik. Dia langsung mencuri nomor telepon Mega dari Riski secara diam-diam. Rapsan meminjam telepon genggamnya dengan alasan ingin mendengar koleksi lagu. Alih-alih mencari lagu, dia malah mengobrak-abrik kontak telepon milik Riski. Riski pun tidak curiga akan tindakan Rapsan itu.

Setelah itu Rapsan langsung mengirim pesan. Beruntung Mega bukan orang yang sombong. Dia menerima perkenalan itu yang hanya melalui perantara teknologi. Setelah itu mereka sering berkirim pesan dan bertukar puisi serta surat. Mereka berdua memiliki hobi yang kebetulan sama, yaitu menulis pujangga. Kalau Mega melakukan itu untuk melepaskan perasaannya, Rapsan demi cita-citanya menjadi pencipta lagu.

Sangat pecundang memang cara Rapsan mendekati Mega. Tapi aku kagumi karena Rapsan sudah berani bertindak. Karena kalau tidak dimulai dari sekarang, tidak akan pernah ada kesempatan mendekati Mega. Ya, meski pada akhirnya kini Rapsan lebih memilih pacaran dengan Dara. Itu adalah momen yang menggegerkan dunia.

Meski sudah berpasangan, Rapsan tidak berpuas diri. Dia masih saja belum melupakan Mega. Suatu hari kami pernah mengerjakan tugas kelompok di rumah teman wanita. Awalnya kami mengerjakan tugas dengan serius. Saat hampir selesai, Rapsan mulai merasa bosan. Dia mengacak barang-barang yang ada di dekatnya. Tanpa diduga, dia menemukan album foto si punya rumah dengan teman sekolah.

Insting memburu wanitanya semakin kuat. Benar saja yang dia cari ketemu. Ada foto teman kami ini dengan Mega. Rapsan terlihat seperti orang kesurupan. Dia terus membuka lembaran-lembaran album foto. Rasa suntuknya tidak tak nampak lagi sekarang. Mega memang satu kelas dengan tuan rumah.

Foto yang semakin membuat Rapsan heboh adalah pose Mega yang sedang tersenyum sendiri menghadap kamera. Rapsan menggila melihat senyum mega yang hanya dari foto. Tak lama foto itu masuk ke saku baju, lalu ditaruh album foto itu ke tempatnya semua. “Lu mau nyuri foto Mega ya?” Aku berbisik padanya.

Rapsan hanya tersenyum lalu mengerjakan pekerjaan lain agar tidak dicurigai. Meski akhirnya ulahnya tersebut ketahuan juga oleh pemilik. Akan tetapi temanku itu biasa saja tidak mempermasalahkan. Apakah memang ikhlas atau mengira itu bohong, yang pasti Rapsan berhasil mengoleksi foto Mega.

Nyatanya, bukan hanya Rapsan saja yang menyukai Mega, tapi Asep juga sama. Dua teman baik yang punya perasaan padanya. Ada-ada saja yah. Aku pun bingung harus bagaimana. Apakah harus membiarkan ini berjalan seperti air mengalir atau keluar dari arus?

Bersambung…

Previous
Next Post »
0 Komentar