Judul : Ruang Rindu
Penulis : Andi Eriawan
Penyunting : Alit Tisna Palupi
Cetakan : 2007
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 136 halaman; 11,5 x 19 cm
Abu adalah seorang arsitek yang hebat, ia berkeinginan untuk menjadi arsitek karena ayahnya seorang arsitek. Ia sangat mengagumi ayahnya sehingga semua tingkah laku dicontohnya. Namun ketika Abu ingin melanjutkan kuliah di bidang arsitek, ayahnya menolaknya karena ayahnya ingin agar ia memilih jalannya sendiri dan tidak membayangi ayahnya.
Puteri kuliah di jurusan kedokteran. Alasannya memilih jurusan itu karena pakaian dokter sangat bagus ketika ia kenakan. Akan tetapi sepertinya ia tidak berbakat dalam bidang itu, ia mengalami kesulitan menghapal nama organ tubuh manusia dalam bahasa latin, dan ia juga kesusahan dalam mencari pembuluh darah untuk menginfus seorang pasien.
Ketika Abu akan menikah dengan orang yang ia cintai, tiba-tiba wanita yang ingin ia nikahi pergi entah kemana. Ia sangat terpukul dengan hal itu, sehingga ia memutuskan ke Cilutung, Garut tempat ia diasuh ketika masih kecil. Di sana Abu pergi untuk menenangkan diri karena telah ditinggal oleh orang yang ia cintai.
Hal yang sama dilakukan oleh Puteri. Kali ini ia yang pergi meninggalkan calon suaminya saat pernikahan akan ia lalui. Puteri tidak ingin menikah dahulu karena ia masih belum mencapai apa yang diinginkan, yaitu menjadi dokter. Ia pergi ke tempat dimana Abu tinggal, dan Puteri bertemu Abu ketika ia sedang menikmati danau buatan, dekat tempat tinggal Abu.
Saat itu Puteri sudah menjadi dokter di sana dengan pengawasan dokter ahli, pasien pertamanya adalah seorang nenek yang mengalami gangguan mata. Setelah diobati dengan obat tetes mata, nenek itu menjadi lebih baik. Dan nenek itu memberikan sesisir pisang, atas jasa yang telah diberikan Puteri. Putri menerima itu karena ia tahu bahwa masyarakat di sana bukan orang elit.
Pertemuan Puteri dan Abu ketika Abu sedang memotong kayu, Puteri mengira Abu adalah orang asli daerah itu. Melihat Abu sedang memotong kayu, Puteri ingat dengan rumahnya yang sangat tidak layak untuk dihuni, sehingga ia meminta Abu untuk merenovasi rumahnya walaupun baru pertama kali bertemu. Dan Abu menyetujui hal tersebut tanpa mengeluar kata-kata.
Melihat rumah sang dokter Abu sangat terkejut, karena ia berpikir bahwa rumah itu tidak butuh direnovasi, tapi dihancurkan. Atapnya sudah bocor, dan keadaan sekelilingnya berantakan. Tapi beruntung rumah itu masih bisa dirombak total karena masih memiliki pondasi yang cukup kuat.
Abu setiap harus berangkat pagi-pagi kerumah Puteri karena kewajibannya akan tugasnya. Sejak itulah mereka selalu bertemu, dan perasaan suka pun mulai tumbuh walaupun sebenarnya Abu masih trauma akan masa lalunya yang pahit.
Mereka pun menyatakan bahwa sama suka. Tapi sebelum menikah, Puteri menginginkan Abu untuk tidak melarangnya menjadi dokter, dan jangan khawatir saat Puteri pergi jauh tanpa bilang dan lama kembali. Karena Puteri masih ingin mencapai apa yang belum ia dapatkan, dan Abu menyetujui persyaratan itu.
2 Komentar
follow blog gw juga dong jep!!?
Balasslow
Balas