Aku besar di Perumahan Pakujaya Permai. Pertama kali menetap di sana kira-kira saat berusia tiga tahun. Kini, usiaku 22 tahun. Berarti sudah 19 tahun aku menghabiskan waktu di tempat ini. Sejak pertama kali pindah, sudah banyak sekali perubahan yang terjadi. Dari jalan, hingga bangunan rumah, hampir 75% berbeda saaat pertama kali aku melihatnya.
Teman-temanku juga hampir semuanya dibesarkan di sini. Salah satu dari mereka adalah Ferdinansyah Alam P. Aku lupa kepanjangan dari ‘P’. Kalau tidak salah, purwadikarta. Seperti itulah sebutannya. Aku lupa ejaan yang benarnya. Ia lebih sering dipanggil ‘Rete’. Penyebutannya seperti kata ‘bete’. Itu memang panggilan dia ketika bermain. Sebutan itu karena orang tuanya pernah menjadi ketua RT. Saat itu pula ia dipanggil ‘RT’ dengan ejaan ‘Rete’.
Sebenarnya Rete bukan teman dari kecil karena aku mengenal dia saat kelas 4 SD ketika kami bermain kelereng dan sepak bola bersama. Hal yang paling aku ingat benar, kala itu ia sedang bermain play station di rental. Teman-temanku yang lain ramai melihat dia bermain permainan sepak bola. Mereka terlihat senang karena Rete menjadikan kiper sebagai pemain yang hebat menggiring bola hingga gawang musuh.
Kiper itu Oliver Khan. Kiper legendaris dari Bayern Munchen dan negaranya. Rete juga sangat mengidolakannya hingga saat kami bermain sepak bola, ia menjadi kiper. Ia lumayan hebat saat menjadi kiper. Tapi mungkin saat ini ia tidak selincah dulu karena ketika kecil, badannya kurus dan tinggi. Berbeda dengan sekarang yang tinggi juga gemuk.
Rete bisa dikatakan baik dan tidak pelit dengan temannya. Ketika mendapat rezeki, ia tidak ragu-ragu mengeluarkan uang untuk teman-temannya. Ia juga tidak sungkan-sungkan meminjamkan uang kepada teman yang sedang membutuhkan. Hal yang sulit aku tiru darinya adalah ia tidak pernah memperlihatkan kebenciannya kepada orang yang tidak ia suka.
Sekarang ia orang yang sibuk. Aku jarang sekali bertemu dengannya. Mungkin karena aku juga sibuk, jadi sulit memiliki waktu bersama untuk bercanda bersama. Tapi, saat memiliki waktu bersama, ada saja omongan dia yang aneh tapi memang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah saat sedang mendekati wanita, mereka jangan ditanyakan hal yang sudah menjadi kebiasaan, seperti: ‘Sedang apa?’, ‘Sudah makan belum?’, ‘Jangan lupa solat yah.’ Rete menyarankan, “Misalnya udah mau tidur, ingetin jangan lupa lepas BH yah.” Saat itu juga kami tertawa.
Meski saran itu terdengar konyol, tapi memang benar. Aku pernah membaca penelitian. Memakai bra ketika tidur dapat membuat kanker payudara. Hal itu karena payudara tertekan oleh bra saat tidur. Itulah yang menyebabkan memakai bra saat tidur dapat menyebabkan kanker payudara.
Omongan konyol lain saat membicarakan pacaran. Ia menanyakan kepada teman-temanku yang sudah menjalani hubungan lama. “Biasanya kalau kita sudah pacaran dua atau tiga tahun, pacar kita itu suka memamerkan bra baru kepada kita,” katanya. Ada temanku yang tidak percaya akan perkataannya, tapi ada juga yang hanya tertawa dengan omongan anehnya itu.
Aku merupakan orang yang sedikit percaya dengan omongan Rete. Saat aku pacaran dengan salah satu wanita dan kami sudah menjalaninya lebih dari satu tahun, tiba-tiba ia mengirimkan pesan singkat. “Aku abis beli bra baru.” Aku kanget saat membaca pesan singkat itu. Kenangan itu kembali muncul saat Rete membicarakan masalah pamer bra.
Di kesempatan lain, ketika kami menghadiri pernikahan tetangga, Rete kembali memulai perbincangan. Tapi kali ini perbincangan yang serius. Disela-sela acara pernikahan, ia berkata bahwa di usia yang bulan Desember nanti 25 tahun, sebenarnya ia tidak ingin pacaran lagi. Ia ingin segera menikah karena saat terjadi perselisihan, tidak etis dan tidak penting mengurusi itu. “Kalau sudah menikah, pertikaian itu biasa dan wajar,” katanya.
Rete juga berkata bahwa ia sebenarnya ingin menikah muda. Tapi itu tidak bisa terjadi karena ada sesuatu yang tidak diinginkan. Aku juga sebenarnya ingin seperti apa yang ia inginkan. Salah satu alasanku adalah dengan menikah, bisa mengurangi sedikit dosa. Fitnah dalam Islam juga bisa terhindar, walaupun pasti tetangga ada yang berpikiran yang macam-macam. Itulah perbincanganku dengan Rete. Walaupun agak ngelantur, itu terjadi dalam kehidupanku.
Teman-temanku juga hampir semuanya dibesarkan di sini. Salah satu dari mereka adalah Ferdinansyah Alam P. Aku lupa kepanjangan dari ‘P’. Kalau tidak salah, purwadikarta. Seperti itulah sebutannya. Aku lupa ejaan yang benarnya. Ia lebih sering dipanggil ‘Rete’. Penyebutannya seperti kata ‘bete’. Itu memang panggilan dia ketika bermain. Sebutan itu karena orang tuanya pernah menjadi ketua RT. Saat itu pula ia dipanggil ‘RT’ dengan ejaan ‘Rete’.
Sebenarnya Rete bukan teman dari kecil karena aku mengenal dia saat kelas 4 SD ketika kami bermain kelereng dan sepak bola bersama. Hal yang paling aku ingat benar, kala itu ia sedang bermain play station di rental. Teman-temanku yang lain ramai melihat dia bermain permainan sepak bola. Mereka terlihat senang karena Rete menjadikan kiper sebagai pemain yang hebat menggiring bola hingga gawang musuh.
Kiper itu Oliver Khan. Kiper legendaris dari Bayern Munchen dan negaranya. Rete juga sangat mengidolakannya hingga saat kami bermain sepak bola, ia menjadi kiper. Ia lumayan hebat saat menjadi kiper. Tapi mungkin saat ini ia tidak selincah dulu karena ketika kecil, badannya kurus dan tinggi. Berbeda dengan sekarang yang tinggi juga gemuk.
Rete bisa dikatakan baik dan tidak pelit dengan temannya. Ketika mendapat rezeki, ia tidak ragu-ragu mengeluarkan uang untuk teman-temannya. Ia juga tidak sungkan-sungkan meminjamkan uang kepada teman yang sedang membutuhkan. Hal yang sulit aku tiru darinya adalah ia tidak pernah memperlihatkan kebenciannya kepada orang yang tidak ia suka.
Sekarang ia orang yang sibuk. Aku jarang sekali bertemu dengannya. Mungkin karena aku juga sibuk, jadi sulit memiliki waktu bersama untuk bercanda bersama. Tapi, saat memiliki waktu bersama, ada saja omongan dia yang aneh tapi memang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya adalah saat sedang mendekati wanita, mereka jangan ditanyakan hal yang sudah menjadi kebiasaan, seperti: ‘Sedang apa?’, ‘Sudah makan belum?’, ‘Jangan lupa solat yah.’ Rete menyarankan, “Misalnya udah mau tidur, ingetin jangan lupa lepas BH yah.” Saat itu juga kami tertawa.
Meski saran itu terdengar konyol, tapi memang benar. Aku pernah membaca penelitian. Memakai bra ketika tidur dapat membuat kanker payudara. Hal itu karena payudara tertekan oleh bra saat tidur. Itulah yang menyebabkan memakai bra saat tidur dapat menyebabkan kanker payudara.
Omongan konyol lain saat membicarakan pacaran. Ia menanyakan kepada teman-temanku yang sudah menjalani hubungan lama. “Biasanya kalau kita sudah pacaran dua atau tiga tahun, pacar kita itu suka memamerkan bra baru kepada kita,” katanya. Ada temanku yang tidak percaya akan perkataannya, tapi ada juga yang hanya tertawa dengan omongan anehnya itu.
Aku merupakan orang yang sedikit percaya dengan omongan Rete. Saat aku pacaran dengan salah satu wanita dan kami sudah menjalaninya lebih dari satu tahun, tiba-tiba ia mengirimkan pesan singkat. “Aku abis beli bra baru.” Aku kanget saat membaca pesan singkat itu. Kenangan itu kembali muncul saat Rete membicarakan masalah pamer bra.
Di kesempatan lain, ketika kami menghadiri pernikahan tetangga, Rete kembali memulai perbincangan. Tapi kali ini perbincangan yang serius. Disela-sela acara pernikahan, ia berkata bahwa di usia yang bulan Desember nanti 25 tahun, sebenarnya ia tidak ingin pacaran lagi. Ia ingin segera menikah karena saat terjadi perselisihan, tidak etis dan tidak penting mengurusi itu. “Kalau sudah menikah, pertikaian itu biasa dan wajar,” katanya.
Rete juga berkata bahwa ia sebenarnya ingin menikah muda. Tapi itu tidak bisa terjadi karena ada sesuatu yang tidak diinginkan. Aku juga sebenarnya ingin seperti apa yang ia inginkan. Salah satu alasanku adalah dengan menikah, bisa mengurangi sedikit dosa. Fitnah dalam Islam juga bisa terhindar, walaupun pasti tetangga ada yang berpikiran yang macam-macam. Itulah perbincanganku dengan Rete. Walaupun agak ngelantur, itu terjadi dalam kehidupanku.
0 Komentar