Akibat Pemahaman tentang Agama Kurang

Sehari sebelum natal (25 Desember), aku mendapat pesan yang bisa dikatakan pesan “sampah” dari BBM. Aku katakan sampah karena dia hanya mengirimkan informasi dan langsung disebar kebanyak orang. Secara pribadi aku salah satu orang yang sangat tidak suka saat menerima pesan seperti itu. Rasanya sangat mengganggu.

Saat itu aku sedang berbicang dengan kawan di kampus. Tiba-tiba HP berdering tanda BBM masuk. Mengira ada pesan penting, aku segera membuka kunci pengaman. Saat melihat simbol toa di pesan tersebut, aku dapat menyimpulkan itu hanya pesan sampah. Kuputuskan untuk tidak membukanya dan kembali berbincang dengan kawanku.

Beberapa jam kemudian saat tidak ada yang harus dilakukan, aku membuka pesan itu. Pesannya sangat panjang dan intinya tentang mengucapkan natal kepada yang merayakannya. Kurang lebih isinya seperti ini.

“kamu tidak mengucapkan selamat natal kepadaku?”
“nggak ah. Aku takut kehilangan keyakinan”
“kan Cuma mengucapkan selamat natal. Saat idul fitri saja aku mengucapkan kepadamu.”
“yaudah itu hak kamu. Kalau seandainya kamu aku suruh sahadat mau?
“ya nggak lah.”
“emang kenapa? Kan Cuma mengucapkan saja.”
“aku tidak mau kehilangan keyakinanku.”
“seperti itulah aku saat kamu menyuruh aku untuk mengucapkan selamat natal”
Itulah perbincangan antara orang islam dan kristen. Kamu punya dua pilihan yaitu tetap membiarkan atau menyebarkannya ke lain. (setelah kalimat ini tertulis ayat al-quran, tapi aku lupa suratnya. Intinya agar menyebarkan kebaikan kepada orang lain)

Setelah membaca itu, muncul pikiran untuk membalas pesan. Aku ingin membalasnya dengan menulis tidak apa-apa untuk mengucapkan selamat natal kepada orang yang merayakannya. Mataku terpejam beberapa menit untuk memutuskan hal tersebut. Akhirnya aku pilih untuk menghapus pesan tersebut dan tidak membalasnya dengan berbagai alasan.

Rasa jengkel muncul setelah selesai membaca pesan itu. Aku merenung lalu berkata sendiri, “Seperti ini kondisi orang Indonesia yang pengetahuan agamanya kurang tapi berani berkoar untuk menyebarkan agamanya meski ilmu yang dimiliki masih minim.”

Ada hal yang bisa diperdebatkan dari pesan sampah temanku itu. Pertama konteks mengucapkan natal dengan bersahadat itu tidak seimbang. Hal itu karena sarat orang menjadi Islam adalah bersahadat. Sedangkan untuk menjadi seorang Kristen, bukanlah mengucapkan selamat natal, tapi proses pembabtisan.

Oleh karena itu tidak cocok saat orang Islam disuruh mengucapkan selamat natal dan orang Kristem disuruh mengucapkan dua kalimat sahadat. Yang aku pahami, natal merupakan kelahiran nabi Isa as. Sama halnya dengan beberapa umat Islam yang merayakan kelahiran nabi Muhammad saw meski beberapa orang tidak merayakannya.


Dari pemikiran seperti itu, maka sah saja jika orang Islam mengucapkan selamat natal ke orang yang merayakan, asalkan tidak menggoyah keimanan mereka. Semoga saja dengan menulis ini keyakinanku tidak berubah, apalagi sampai hilang sehingga tidak memiliki keyakinan. Aamiin...
Previous
Next Post »
0 Komentar