Naik Gunung Paling Santai Sedunia dan Seakhirat


Di organisasi tempat aku mengabdi ketika kuliah dulu, salah satu hal yang ditunggu-tunggu adalah pengukuhan dari Bakal Calon Anggota ke Calon Anggota. Ritual ini sangat sakral untuk lanjut ke tahap selanjutnya. Perkumpulan yang bergerak di bidang tulis menulis ini memang dikenal sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang panjang dalam menempa anggota. Sistem pendidikannya pun berat.

Ketika membuka pendaftaran, di spanduk bertuliskan, “Dicari!!! Mahasiswa tahan banding dan siap bekerja di bawah tekanan.” UKM Resimen Mahasiswa saja tidak seperti itu memasarkan organisasinya. Dari awal kami memang butuh orang yang niat dan sungguh-sungguh bergabung. Tidak peduli berapa banyak pendaftar, asalkan dia tangguh, kami siap menerima.

Selain mensaratkan agar siap bekerja di bawah tekanan. UKM kami juga mewajibkan pendaftar untuk tidak bergabung di organisasi ekstra kampus. Salah satu alasannya agar tidak terkontaminasi pihak luar dan tetap independen. Di kampusku, dunia politik begitu kental. Organisasi universitas lain terkadang menjadikan kampusku sebagai kiblat sistem lembaga kemasiswaan kampus.

Satu lagi sarat yang harus dipenuhi, para bakal calon anggota ini harus menduduki semester 1 atau 3. Selebih itu lebih baik fokus kuliah. Kami memang menomorsatukan organisasi ini dibandingkan kuliah. Pilihannya hanya dua, menjadi mahasiswa rajin kuliah dan wisuda cepat atau terjebak di organisasi dan menjadi mahasiswa abadi. Itu pilihan yang diajukan saat hari pertama perkenalan.

Tidak heran dari puluhan ribu mahasiswa yang ada, pendaftar berada di antara 50-80 orang. Di hari pertama perkenalan, sudah ada yang menyerah dan berkurang setengahnya. Seminggu perkenalan, ada hari puncak di mana para bakal calon ini diuji kesiapannya. Di situ dibagi beberapa pos. Pos paling mengerikan berada di pos ketiga. Kami menamai pos mental.

Suasana di sana begitu horor. Saking horornya, teman seangkatanku langsung menangis ketika baru membuka pintu. Bahkan seorang pria pernah keringat dingin dan hampir keluar air mata saat diintrogasi.

Bayangkan saja, satu orang di kelilingi empat orang. Entah kenapa setiap orang yang duduk langsung langsung menunduk. Suara angin begitu terasa saat berhembus. Para introgator memainkan mental dengan sesekali berteriak. Dalam teriak itu terkadang terselip nama hewan atau sumpah serapah.

Setelah ritual itu biasanya berkurang lagi hingga menjadi 20 orang. Para bakal calon yang tersisa ini akan bertarung dengan kejenuhan dan tugas yang menggunung. Sistem rimba berlaku. Yang kuat, yang bertahan hidup.

Bulan lalu acara pengukuhan berlangsung. Kami selalu mengadakan acara di luar. Paling sering ke gunung. Saat aku dulu, ke Sangga Buana pengukuhan menjadi calon anggota dan Gunung Gede pelantikan menjadi anggota.

Kali ini tidak di gunung yang membutuhkan perjalanan panjang. Hanya Gunung Bunder. Alasannya karena kondisi para bakal calon anggota ini lemah. Beberapa dari mereka punya penyakit dalam. Mendengar saja sudah ngeri. Para pengurus takut mereka kenapa-kenapa melakukan pengukuhan di gunung yang membutuhkan perjalanan enam jam lebih.

Di Gunung Bunder, proses penanjakan hanya memakan waktu satu jam. Sungguh cepat. Lebih enak lagi adalah para alumni sepertiku. “Gua bawa apa saja?” tanyaku pada ketua organisasi.

“Selow saja bang!”

Aku bingung harus membawa apa saja. Saat mengepak barang bawaan, kami para alumni hanya membawa dua tas. Sedangkan kami ada bertiga. Sungguh seperti piknik. Saat di acara pun kami hanya menonton dan menikmati pemandangan dibumbui dengan canda tawa. Saat jam makan pun sudah disediakan. Sekarang aku baru merasakan sangat enak menjadi senior.

Aku dan Jong bersama anggota dan pengurus di sela-sela kegiatan


Satu hal yang masih aku sesalkan adalah masih belum menaiki puncak gunung Bunder. Padahal, perjalanan paling lama memakan waktu dua jam lagi untuk tiba di puncak. Itu semua karena kami tidak membawa peralatan masak. Akhirnya niat melanjutkan perjalanan tertunda. Mungkin pengukuhan selanjutnya jika di tempat yang sama, akan kujamah. Tapi tetap naik gunung ini paling santai sedunia dan seakhirat.

Sesi foto-foto pascapengukuhan
Previous
Next Post »
0 Komentar