Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 14)


Bacaan sebelumnya klik di sini



Aku kaget Tia sudah mengirim pesan padaku. Ini benar-benar cepat. Yang jadi pertanyaanku dia tahu kalau aku sudah selesai belajar tambahan.



“Iya sudah kok. Lu tahu saja kalau gua baru selesai les.” Aku langsung membalas.



“Namanya juga sehati Ka. Kalau satu perasaan itu pasti tahu apa yang dilakukan hatinya yang hilang. heheee.” belum tiga menit aku balas, telepon genggamku sudah bergetar lagi. Cepat betul respon Tia. Aku balasnya nanti saja biar tidak terlihat memberikan harapan. Lagipula aku mau pulang. Lelah juga hari ini,



beberapa jam kemudian aku baru merespon sms tia. “Jago juga kamu ngegombal.”



“Heheee. Ka Jefri lama aja balesnya.” dia masih merespon kurang dari lima menit. Sebenarnya aku tidak mau bertanya padanya, tapi penasaran juga.



“Iya tadi pulang dulu. Abis itu makan. Karena makannya lama, sambil nonton, ternyata sudah isya. Gua ke masjid dulu deh. Nah lu sendiri balesnya cepet banget. Kaga ada kerjaan emang?” Aku mengirim pesan sekitar 10 menit kemudian. Aku membalas lama karena mengulang pelajaran hari ini.



“Handphone aku kalau ada pemberitahuan selalu bunyi, jadi langsung tahu kalau ada sms atau telepon. Emang kakak ngga dibunyiin ya?”



“Kalau di rumah malah gua ngga getarin. Ngga terlalu suka sih megang Hp. Gua aja baru punya Hp setahun yang lalu. Ini juga karena sudah dibeliin ayah.”



“Iih Ka Jef lucu manggilnya ayah :D. Emang kenapa Ka ngga suka megang Hp? Aku saja megang Hp dari SMP, kira-kira empat tahun yang lalu.”



“Iya ngga mau saja. Kurang penting juga megang Hp. Kalau memang ada apa-apa, tinggal telepon di warnet. Mending punya PS daripada Hp. :)”



“hahaaa... Ternyata Kakak penggila game. Kan kalau punya Hp komunikasinya lebih mudah. Kalau ada PR atau di jalan, itu sangat berguna banget.”



“Gua ngga suka jalan-jalan. Maen sama teman di rumah lebih asik. Memang teman-teman rumah beberapa sudah ada yang punya, tapi tetap saja ngga ada keinginan untuk punya.”



Tugas kali ini lebih mudah jadi aku bisa istirahat dengan cepat. Letih sekali hari ini. Kegiatan ini akan terus aku lakukan hingga enam bulan ke depan.



Untuk mencapai satu tujuan, harus ada yang dikorbankan. Aku percaya dengan mengurangi jatah istirahat dan bermain, keinginanku untuk kuliah di sekolah pemerintahan bisa tercapai. Karena dengan sekolah di pemerintahan hidupku terjamin. Ini adalah salah satu cara membahagiakan orang tua.



“Terus kalau mau pendekatan dengan cewe yang kakak suka gimana? Kasihan tuh cewenya karena ngga bisa terus dekat sama Ka Jef.”



“Kan pendekatan ngga harus punya Hp. Bisa langsung ke rumahnya atau deketin pas lagi di sekolah.” Ini jawaban asalku. Tapi memang sebelum ada Hp, anak muda pada jaman itu masih bisa pacaran. Teman SD-ku juga sudah pacaran walaupun tidak punya Hp dan hanya cinta monyet.



Tanpa terasa rebahan di kasur melihat atap membuat mata berat. Akhirnya aku ketiduran tanpa sempat lagi membaca pesan selanjutnya.



Bersambung.........
Previous
Next Post »
0 Komentar