Bacaan sebelumnya klik di sini
Terbentuklah Blink Reborn saat itu. Lalu Rapsan dan Danu
memukirkan lambang dan mulai serius untuk menciptakan lagu. “Gua ga mau lagu
kita ini maknanya cengeng,” tegas Rapsan. Rapsan yang cukup ahli menggambar
juga memikirkan logo Blink Reborn. Aku hanya menonton saja melihat mereka yang
lagi semangat.
Saat ini memang banyak band baru yang muncul di layar
kaca. Kami bertiga selalu menertawakan band-band baru itu. Bagaimana bisa
televisi menampilkan band yang lagunya aneh seperti itu. Penampilannya juga norak.
Tidak layak untuk ditiru. Apalagi beberapa dari mereka terlibat skandal. Contohnya
saja menghamili wanita padahal belum menikah. Sungguh kacau negeri ini. Akhlak sepertinya
sudah hilang. Hukuman moral sudah tak berlaku lagi. Mungkin ini tanda akhir jaman.
Personil Blink Reborn juga sebenarnya tidak jauh beda. Di
video klip nanti Rapsan mau ada adegan modelnya di kamar mandi lalu dikelilingi
kaca yang berembun. Di situ ada dua
model wanita yang mengelilingi satu pria. “Gua suka banget sama adegan kaya
gitu.”
“Tapi sayang lu ga bakal jadi model cowo. Biasanya kan
yang jadi model itu vokalis. Dan vokalis di Blink Reborn itu Gua,” aku menghancurkan
ambisi Rapsan.
“Tapi ketua band ini Gua. Jadi gua yang pasti bakal jadi
modelnya. Nanti dua cewe itu Citra sama Vini. Adegannya gua main air hangat
sama mereka berdua. Terus gua sambil main melodi dirayu mereka,” wajah mesum
Rapsan mulai muncul. Dia terkekeh-kekeh membayangkan apa yang barusan dia
ucapkan.
“Kaga mungkin. Mana mungkin lu berani kaya gitu sama
Citra. Lagian gua lebih ganteng dari lu. Jadi kalau dilihat dari sisi penjualan,
gua pasti lebih bernilai.”
“Yaudah nanti kita lihat saja. Gua bakal nyogok
produsernya untuk jadi pemeran utama.”
“Kan gua nanti yang modalin produksi video klipnya. Nanti
terserah gua siapa yang bakal jadi modelnya.” Perbincangan ini terus tidak
berhenti sampai kami terpaksa menghentikan perdebatan karena guru Bimbingan
Konseling datang. Guru ini suka telat datang tapi sedikit jahat.
Dia yang pertama kali datang mengajar langsung memberikan
pekerjaan rumah. Aku kira saat pertama kali kenal, guru ini orang yang baik
karena cara mengajarnya santai. Ternyata aku salah. Saat aku dan para lelaki
tidak mengerjakan PR, kami semua kena hukum jalan jongkok di kelas. Karena banyak
yang kena hukum aku tidak begitu malu. Setelah itu kakiku tidak kuat untuk
menahan beban tubuh. Aku pun tidak konsen belajar.
“Karena bapak adalah guru yang bertanggung jawab atas
kelakuan kalian, maka ini adalah salah satu cara agar kalian tidak nakal. Sebenarnya
bapak tidak ingin melakukan hukuman seperti ini. Karena kalau kalian takut melakukan
pelanggaran karena hukuman, kalian sama saja seperti binatang sirkus yang
melakukan perkataan majikan disebabkan binatang itu tidak ingin dicambuk.”
Kami yang awalnya gaduh kemudian terdiam. Pak guru memandangi
sekeliling melihat ekspresi wajah muridnya. Guru BK ini baru mengajar di awal
semester genap. Sebelumnya guru kami tidak seperti ini. Kurang memiliki aura layaknya
pengajar yang seharusnya memberikan bimbingan pada anak didik.
“Sebentar lagi kan kalian akan naik kelas. Itu pun kalau
naik. Nah untuk persiapan jika kalian naik kelas, akan ada pemisahan kelas IPA
dan IPS. Kalian harus memikirkan ini juga.” Kenapa guru ini mengatakan “kalau
naik?” seakan-akan ada dari beberapa kami yang akan tinggal kelas. Tapi itu
ancaman yang cukup ampuh. Aku sendiri sebenarnya takut jika tidak naik kelas.
“Pintar saja tidak cukup. Sikap kalian merupakan
pertimbangan apakah bisa naik ke tingkat selanjutnya atau tidak. Jadi bapak
sarankan mulai dari sekarang kelakuan kalian diubah agar tidak mengecewakan
orang tua.”
Wah ini benar-benar masuk ke hati. Aku melihat wajah
teman-teman yang lain. Michael sepertinya yang paling takut. Matanya sedikit
berkaca-kaca. Sedari tadi masuk kelas dia memang sedikit aneh. Tapi tidak
setakut ini. Aku tidak tahu kenapa.
“Agar kalian tahu tempat mana yang cocok, maka di akhir
pekan nanti kita adakan tes potensi akademik. Di situ akan ada ujian yang bisa
menilai apakah kalian cocok di kelas IPA atau IPS. Nah besok beberapa dari
kalian akan bapak panggil ke ruangan berbincang empat mata mengenai ini.”
Bel pulang berbunyi. “Wah pas sekali. Yaudah kita ada PR
lagi yah. Jangan sampai tidak dikerjakan. Tugasnya adalah ceritakan peristiwa
yang paling tidak bisa dilupakan.”
Kelas pun bubar. Aku masih duduk karena lutut benar-benar
pegal akibat jalan jongkok. Teman-teman yang lain juga sepertinya sama. Kami masih
duduk di tempat masing-masing sambil bicara tanpa pembahasan. Tiba-tiba Michael
memotong pembicaraan. Dia memanggil Rapsan. Kami semua melihatnya. Sepertinya hal
yang serius. “Gua kayanya ngga mau nge-band lagi dah.”
Bersambung......
0 Komentar