Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 26)

Bacaan sebelumnya klik di sini


Aku melihat teman lain. Semua berharap padaku. Aku lihat Rapsan seperti tidak kuat menahan tawa. Aku tahu sekali ini kerjaannya dan yang lain. Tawaran ini pasti jebakan jebakan. Sepertinya aku harus menolak sarat yang diajukan Riski.

“Yaudah jadi!” Aku berubah pikiran untuk menyanggupi permintaan Riski. Benar-benar temanku ini pada senang mengajak yang lain melakukan kesesatan. Tapi buatku tidak apa. Mencoba sekali seumur hidup kan tidak masalah. Hidup cuma sekali. Sayang sekali kalau hanya digunakan yang lurus saja. Belok sedikit kan biar seru perjalanannya.

Sebagai tuan rumah Riski mengoordinir untuk mengumpulkan uang membeli minuman jahat. “Kita beli Intisari sama Anggur Merah saja ya?” tanyanya meminta persetujuan yang lain. Seperti biasa aku hanya mengangguk karena tidak begitu paham mengenai jenis minuman. Semua mengangguk tanda setuju.

“Mau dioplos ga biar ada rasanya?” Riski kembali bertanya. Asep yang sudah berpengalaman minum menolak saran ini. “Anggur Merah itu sudah ada rasanya. Kalau lu pernah makan permen karet, kaya gitu rasanya.” Wah jago juga Asep dalam hal seperti ini.

Danu dan Rapsan mengikuti jejakku terdiam dalam perbincangan itu. Aku rasa sebentar lagi mereka berdua juga paham rasa dan berbagai jenis minuman. Kalau hal seperti ini mereka berdua itu tidak ada yang bisa mengalahkan.

Pulang sekolah kami langsung bergegas ke rumah Riski. “Kalian langsung ke rumah gua saja ya,” seru Riski. Kami semua berbagi tugas melakukan tindakan nakal ini. Danu menjadi pemimpin ke rumahnya diikuti aku lalu Rapsan yang seperti biasa duduk manis di belakangku. Danu hapal sekali rumah Riski. Itu karena mereka merupakan teman satu sekolah saat SMP. Riski minta ditemani Asep membeli minuman.

Rumah Riski lumayan jauh juga dari sekolah. Tapi masih lebih jauh rumahku. Aku mengecek jam di telepon genggam, hanya memerlukan waktu 15 menit mengendarai motor santai dari sekolah ke rumah Riski. Ini pertama kali aku ke sini. Tidak lama kami tiba, Riski muncul dari kejauhan. “Cepet bener lu,” tanyaku. “Asep bawa motornya gila. Dia juga nomor satu dah buat cari tempat untuk beli minuman. Gua beli bukan di tempat biasa yang jauh dari rumah. Ternyata dekat sini juga ada.”

Riski berbicara dengan volume yang biasa. Hal yang seperti ini kan tidak perlu menggunakan suara normal. Rumah dia sepi ternyata. Makanya Riski berani terang-terangan. Ibu-bapaknya adalah seorang pekerja. Dia punya kakak yang masih kuliah. Saudara kembarnya pun belum sampai rumah. Mungkin sedang main pula ke rumah temannya seperti yang kami sedang lakukan.

Pikiran jahatku adik Riski juga sedang pesta minuman seperti kami. Aku hanya tersenyum sendiri membayangkan itu. jangan-jangan mereka berdua sering minum bersama kalau sedang bosan. Aku seperti orang gila tertawa sendiri

Asep berlagak seperti pelayan bar yang menyediakan minuman pada pelanggannya. Muniman yang terbungkus plastik bening dia tarik pinggir ujungnya agar panjang seperti belalai gajah. Ujungnya Asep gigit untuk keluar air. Danu dan Rapsan menyimak betul cara menyajikan minuman yang dilakukan Asep.

“First drinking buat jefri,” kata Asep diikuti riuh dan tepuk tangan yang lain. Sial! Mereka sangat senang melihatku melakukan tindakan kejahatan. Langsung kuambil gelas plastik bekas air mineral itu dan kuminum dalam dua teguk. Yang lain ketawa. “Lu haus? Mau minum lagi?” tanya Riski. “Gantian lah. Enak saja gua yang dicekokin!”

Semua minum bergantian. Karena hanya dapat dua botol, masing-masing dapat dua  sampai empat gelas. Aku hanya minum dua gelas karena hanya ingin mencicipi. Itu sarat yang kuberikan juga pada yang lain kalau aku harus minum.

Setelah itu kami tertawa-tawa di atas genteng. Cuaca ketika itu juga sedang mendukung karena terik surya dihadang awan putih. Langit pun memberikan fasilitasnya atas kenakalan kami. Saat yang lain sedang asik dengan dunianya, kulihat Asep sedang berusaha meraih jambu tetangga sebelah dari atas. Rapsan yang melihat, langsung berjalan perlahan menghampiri Asep.

Rapsan terus melangkah dan tiba-tiba terdengan suara. “Praakk!!” Lalu membuat kami semua tertuju pada suara itu.

Bersambung....
Previous
Next Post »
0 Komentar