Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 36)

Bacaan sebelumnya klik di sini


Aku menduga ini ulah Akbar atau Aldy yang mendekati adik kelas. Ada saja yang mereka dapat. Kalau dilihat, keempat adik kelas ini tidak ada yang begitu mengecewakan wajahnya. Temanku juga sepertinya sudah begitu akrab dengan mereka. Dan memang Aldy dan Akbar sedang mendekati salah satu dari adik kelas ini.

Terlihat Desti sedang diam. Tidak ada yang mengajak ngobrol. Sedangkan yang lain bercanda dan bermain dengan telepon genggamnya sembari berfoto. Sambil menonton acara musik yang belum juga dimulai, aku mendekati Desti. Daripada aku tidak ada kerjaan, tidak ada salahnya mengajak berbincang orang yang nganggur juga.

Dibandingkan dengan teman yang lain, Desti memiliki badan yang cukup besar. Bongsor lebih tepatnya. Teman yang lainnya kecil, mungil. Sudah seperti kurcaci kalau sedang kumpul bersama. Selain itu Desti juga memiliki badan yang montok. Kebanyakan pria suka dengan tubuh wanita yang demikian.

Aku juga masuk dalam kategori itu. Akan tetapi suka sekadar menikmati saja. Tidak sampai ingin memiliki. Setelah diajak bicara, Desti memang orang yang pendiam. Dia bukan tipe wanita yang tidak ingin kenal dengan orang lain, tapi karena sudah menjadi kebiasaannya seperti itu. Beberapa kali kucoba untuk membuatnya tertawa tapi dia hanya tersenyum.

Kami melihat penampilan yang ada di tengah kelas. Dari sini, semua terlihat jelas meski orangnya jadi kecil. Pembawa acaranya adalah Tia. Ketika itu aku masih belum kenal betul dengannya. Sepertinya dia sudah ahli dalam kegiatan seperti ini. Melihat dia membawakan acara terlihat seperti sudah berkali-kali dia di depan panggung.

Dalam acara internal ini ada performa musik yang akan diadakan oleh band kelas. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum acara inti dimulai. “Band ini akan membawa beberapa lagu,” kata Tia yang hanya seorang diri berdiri di hadapan murid satu sekolah.

“Aku akan memberikan kisi-kisi penampilan yang akan tampil sebentar lagi. Dia adalah band yang menjadi perwakilan sekolah di saat ada perlombaan antarsekolah di tahun lalu.” Sepertinya aku sudah tahu siapa yang akan tampil. Kalau bukan band ini siapa lagi. “Inilah dia.... Senyawa Band!!!”

Benar tebakanku. Danu dan temannya yang tampil. Beberapa siswa bertepuk tangan. Desti juga melakukan sebagai penghormatan atas kesediaan Senyawa Band tampil. Beberapa wanita teriak histeris. Cukup terkenal juga ternyata Danu. Ada juga adik kelas yang kulihat begitu semangat. Dia adalah wanita yang sedang didekatinya.

Aku mendengar kabar bahwa Danu sudah tidak berhubungan lagi dengan adik personil d'vast. Mungkin karena berbeda agama jadi tidak ada keseriusan dari mereka. Kabarnya juga personil d'vast itu juga sudah menjadi sombong. Bahkan sempat berkelahi dengan orang tuanya dan pergi dari rumah. Orang yang tidak siap dengan harta dan tahta bisa membuat lupa segalanya.

Para personil naik ke atas panggung. Semuanya mengecek alat yang dimainkan. Rian yang menjadi vokalis mengetes suara di pengeras suara yang dia pegang. Setelah itu Tia mengajak dia bicara mencoba untuk memperkenalkan Senyawa Band pada penonton yang hadir. “Mau nyanyi lagu apa nih kak?” tanya Tia.

Dan seperti yang kuduga lagi mereka membawakan lagu d'vast. Ada tiga lagu yang akan mereka bawakan. Desti begitu fokus mendengar percakapan Tia. Yang lain juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Riski lalu heboh memanggil Michael, Akbar, Aldy untuk melihat penampilan Senyawa Band.

Senyawa Band selalu menjadi buah bibir di tempat kami. Bukan karena memang keahliannya, tapi penampilan mereka yang selalu mengikuti d'vast. Seakan-akan tidak ada lagu bagus selain d'vast. Entah kenapa teman yang lain juga seperti tidak begitu suka dengan band ini. Lagu mereka selalu menjadi bahan olok. Apalagi Rian yang juga selalu bernyanyi lagu d'vast di mana pun dia berada.

Ada saja yang dijadikan bahan ledekan untuk Rian dan Danu dari Riski. Adik kelas yang tadi duduk dan berbincang menjadi ikut fokus pada penampilan Senyawa Band. Riski lalu menirukan gaya Rian d'vast saat manggung di hadapan adik kelas yang lain. Mereka tertawa. Riski sedang menanamkan bahwa d'vast terlebih Senyawa Band itu layak diolok.

Penampilan pun dimulai. Diawali dengan ketukan tongkat drum, Danu memulai aba-aba. Semua personil memainkan alat musik yang dipegangnya. Baru beberapa detik main, tiba-tiba listrik turun. Penontok sontak teriak kecewa. Tidak ada yang bisa dilakukan Danu dan kawan-kawan selain menunggu.

Beberapa menit menunggu, mereka siap untuk memulai aksinya. “Maaf karena ada kesalahan teknis, musik kita mulai lagi yah,” ucap Rian. Musik lalu dimulai kembali. Lagi-lagi listrik mati sebelum Rian bernyanyi. Teriakan penonton makin kencang.

Kali ini agak membutuhkan waktu lama menyiapkan penampilan Senyawa Band. Mungkin agar mati listrik tidak terulang kembali. Musik pun kembali dimainkan. Sialnya listrik mati lagi di saat Rian baru menyanyikan beberapa bait. Penonton kembali teriak.

Kali ini ada tindakan ekstrim yang dilakukan dari lantai dua sekolah. Aku melihat murid-murid melemparkan botol, barang-barang bekas yang bisa digunakan ke panggung sebagai puncak kekesalannya.

Bersambung.....
Previous
Next Post »
0 Komentar