Satu Kata Ketika Bertemu Mereka

Sejak dulu aku ingin sekali bisa bertemu dengan teman SD. Setelah perpisahan kami di kelulusan, aku tidak pernah bertemu dengan mereka. Paling hanya beberapa orang saja aku ketemu, itu pun hanya sekilas dan tidak pernah berbincang lama. Kalau pun lama karena salah satu di antara mereka adalah teman satu sekolah. Tapi itu tidak banyak. Masih ada teman-teman lain yang ingin aku temui.

Lima tahun tidak ketemu dan memberi kabar, aku mendengar kabar akan diadakan reuni. Kabar ini kudengar dari teman SMA yang juga teman SMP dan SD. Aku sungguh tidak sabar akan acara itu. Setiap hari aku menanti hingga hari itu tiba.

Hingga satu tahun menunggu tidak kudengar lagi kelanjutan rumor. Kemudian aku bertemu dengan temanku itu. Ternyata acara reuni SD sudah diadakan setahun yang lalu tak lama setelah dia memberikan kabar reuni.


Aku sungguh kesal mendengarnya. Padahal setiap kali bertemu dengannya terkadang aku selalu menanyakan kapan akan kumpul. Ternyata aku dilupakan. Apakah sungguh tidak pentingkah diriku?

Itu adalah reuni perdana. Kabar yang kudapat, banyak yang datang. Mendengar itu hanya makin membuatku kesal. Rasa kangen ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Bagaimana caranya agar aku bisa mengumpulkan semua teman-teman? Hanya itu yang ada di benak.

Waktu terus berputar. Teknologi pun berkembang dengan pesat. Sampai datang media sosial Facebook yang membuat fitur grup. Grup ini bisa dinamai apa saja dengan anggota yang bisa dipilih.

Dari situ muncul pikiran membuat grup yang anggotanya teman SD. Pertama-tama aku menjadikan mereka teman di Facebook. Setelah itu aku masukan mereka menjadi bagian dari grup itu. Butuh waktu lama mengumpulkan mereka semua. Belum lagi tidak semua teman aku ingat. Paling aku kenal muka saja. Itu pun wajah ketika mereka kecil. Kalau saat itu ketemu, pasti aku tidak akan kenal.

Ternyata mengumpulkan teman di Facebook tidak serta-merta membuatku langsung bertemu mereka. Kami memang bertemu, tapi di dunia maya. Apa menariknya bertemu tanpa tatap muka? Sama saja aku bicara dengan cermin kalau begitu. Tapi aku tidak menyerah. Aku menganggap ini masih awal. Harus ada yang cara lain agar bisa ketemu dengan mereka.

Beberapa tahun kemudian telepon genggam tak mau kalah dengan perkembangannya. Kali ini ada Line, sebuah aplikasi mengobrol dengan sangat murah. Hampir sama dengan Facebook, bedanya ini ada di telepon. Orang bisa mengetahui langsung jika ada pemberitahuan. Tapi tidak banyak orang yang bergabung. Tidak lebih dari enam orang isinya.

Dari sini mulai ada wacana untuk bertemu. Kami menjadwalkan untuk buka puasa bersama di salah satu tempat makan di Ciledug. Grup Facebook sudah dikabari berharap mereka pada tahu dan ikut. Satu ruangan dipesan hanya untuk hajat ini. Aku sangat tidak sabar hingga waktu tiba.

Aku datang sejam sebelum adzan Magrib berkumandang. Jam segitu adalah waktu yang tepat. Pas karena jalan belum terlalu macet dan tidak terlalu lama menunggu buka puasa. Aku masuk ke dalam tempat makan itu. Mataku menlirik setiap orang yang ada di dalam berharap ada wajah yang kukenal.

Aku menyerah karena tidak ketemu. Apakah memang ingatanku begitu payah sampai tidak ada teman SD yang kukenal? Aku keluar ruangan untuk mencari angin segar dan menanyakan lewat grup Line. Ternyata mereka ada di ruang khusus yang sudah disediakan. Sebelumnya aku sudah sempat masuk ruang itu. Tapi karena sepi, aku menduga bukan itu ruangannya.

Saat masuk baru ada dua orang. Kedua orang itu hanya duduk sambil melihat telepon. Aku menyapa. Sungguh pangling aku melihat mereka. Tidak ada yang kukenal wajah mereka. Mereka Ruli dan Wahyu. Padahal undangan sudah disebar tapi mengapa sedikit sekali yang datang? Apa tidak ada yang membaca pemberitahuan di facebook?

Beberapa menit kemudian seorang teman lainnya datang. Aku berharap masih ada yang datang lagi. Hingga adzan Magrib terdengar tidak ada orang lagi muncul. Hanya empat orang saja. Sepi! Tapi aku tidak menyesal karena kami bisa berbincang meski masih sedikit kaku. Kaku dengan alasan baru pertama bertemu. Aku berharap masih bisa bertemu lagi di acara lain dengan personil yang lebih banyak.

Buka Bersama bulan Juli 2013.

Setelah itu kami tidak ada kabar lagi. Hingga aku lulus kuliah dan bekerja tidak ada kabar dari teman SD. Aku kembali berinisiatif membuat grup Whatsapp. Pertimbangannya hampir semua anak muda memiliki aplikasi ini. Berharap semua teman dapat bergabung.

Tanggal 2 September 2014 aku buat grup Whatsapp. Hanya beberapa teman saja yang kupunya. Satu persatu kucari dan kuminta pada mereka yang punya. Ternyata memang silaturahmi kami  payah. Mereka juga tidak ada. Aku tidak patah arang. Masih ada media sosial Facebook untuk meminta kontak mereka. Meski tidak semua, minimal ini sudah menjadi kelanjutan yang baik.

Setelah kangen-kangenan di grup, diadakan reuni. Tempatnya tidak jauh, di sekitaran pasar Bengkok. Karena tidak ada yang punya ide, di situ saja kami janjian. Aku tidak mempermasalahkan tempatnya, yang penting bertemu.

Hingga harinya tiba. Aku bersyukur banyak yang datang. Meski tidak semua, minimal lebih dari sepertiga seluruh angkatan hadir. Kami tertawa bersama, mengenang masa SD, bagaimana bandelnya kami ketika itu, semua dibahas hingga tak terasa tiga jam lebih kami bicara tanpa henti. Pertemuan itu membuat beban pikiran hilang. Seakan-akan aku menjadi kecil lagi dan tidak punya masalah.

Reuni Perdanaku dengan teman SD. Ada beberapa orang yang tidak masuk foto. September 2014.


Setelah itu komunikasi kami terus terjalin via grup. Beberapa kali kami bertemu. Setiap kali aku bertemu mereka, selalu ada saja tawa. Melalui pesan instan grup juga demikian. Meski terkadang ada yang tidak suka lalu keluar dari grup. Tidak mudah memang mengumpulkan mereka semua seratus persen.

Buka puasa bersama perdana dengan teman SD. Juli 2015.


Tapi aku percaya, silaturahmi kami akan terus terjaga hingga akhir hayat. Karena aku berpikir hanya di teman SD kami tidak mempermasalahkan perbedaan kelas. Beda kelas tak membuat kami terkotak-kotakkan dan membuat satu kelompok. Karena hanya ada satu kata untuk teman SD, yaitu lupa. Ya, lupa! Bertemu mereka membuatku lupa segalanya apalagi masalah. Masalah hilang dan membuatku terus muda.

Kondangan salah satu teman SD. Padahal ngga kenal sama yang kondangan karena lupa. Tapi karena satu angkatan denganku, tiada halangan untuk hadir. Oktober 2015 (Pertemuan terbaru sampai tulisan ini beredar).
Previous
Next Post »
0 Komentar