Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 40)

Bacaan sebelumnya klik di sini


Charnia siapa? Duduk di sebelah mana? Tanyaku dalam hati. Empat bulan sudah kami menginjak kelas dua. Itu berarti sebentar lagi setengah tahun dan lanjut ke semester genap. Meski sudah lama, masih saja ada teman yang belum aku kenal. Para pria sih hapal semua. Wanitanya saja yang tidak aku tahu.

Kalau dipikir-pikir, aku terlalu bodoh dan asik dengan dunianya sehingga tidak menyadari orang sekitar. Kolot dan komitmen ternyata tidak beda jauh. Karena tidak begitu akrab dengan wanita sampai membuat aku tidak tahu teman satu kelas. Padahal dalam satu kelas hanya ada 40 siswa. Empat bulan loh! Di kelas juga kan sepertiga hari kami dalam satu ruangan. Masa masih juga sih tidak tahu teman satu kelas?

Setelah diberi tahu teman semeja, aku melirik sekeliling. Yang mana wanita bernama Charnia. Karena aku duduk di meja nomor dua dari depan pojok kanan, aku tinggal melirik ke kiri dan depan. Tidak mungkin temanku ini memberi tahu kalau aku diperhatikan wanita yang berada di belakangnya.

Pencarian wanita bernama Charnia menyempit. hanya ada empat wanita yang duduk di kursi depan. Keempat wanita ini sudah aku kenal karena duduknya di sebelah mejaku. Kebetulan juga kami sering mengobrol walaupun tidak sering. Di meja paling depan ada seorang wanita yang menyambangi wanita lain duduk di kursi paling depan.

Aku yakinkan diri kalau wanita inilah yang bernama Charnia. Setelah melihatnya tiba-tiba aku jadi suka padanya. Apa ini cinta pada pandangan pertama? Aku tidak tahu. Yang jelas ini suka. Suka karena omongan asal teman semeja. Akan tetapi aku menanggapi omongannya yang ngelantur itu. Sejak saat itu pula aku jadi suka dengannya.

Aku mulai mencari tahu rekam jejaknya. Siapa nama lengkapnya, dia sebelumnya kelas berapa, dan di mana rumahnya. Semua informasi itu aku dapat kurang dari tiga hari. Untuk melakukan penyelidikan seperti ini aku memang jagonya. Aku tinggal tanya-tanya dengan teman yang lain tapi tidak begitu banyak. Kalau ingin tahu banget pasti akan dicurigai yang aneh-aneh.

Sedikit demi sedikit info aku dapat. Info yang membuatku menyesal mendapatkannya adalah Charnia suka pada teman lain yang ada di kelas. Dan pria itu adalah orang yang sering pulang bareng denganku. Setiap bel pulang berdering, aku, dia dan dengan teman lain yang sering jalan bareng menuju angkutan umum.

Aku pun jadi pusing sendiri. Kenapa bisa dia suka dengan temanku sendiri? Jelas saja karena memang temanku yang satu ini ganteng. Banyak wanita bukan hanya dari kelas, tapi kelas tetangga tak kalah tersihir oleh ketampanannya. Dia juga orang yang humoris dan mudah bergaul. Sifatnya yang seperti itu makin membuat dia digilai banyak wanita.

Seandainya saja aku tidak tahu informasi ini, aku tidak akan uring-uringan setiap malam. Sebelum tidur, aku selalu memikirkan Charnia. Aku bertanya-tanya apakah benar yang dikatakan teman satu meja? Aku mencoba berpikir bahwa apa yang dikatakannya salah. Tapi otak berkata lain. Aku tersugesti dengan omongannya. Beberapa kali menampar pipi tapi tetap saja tidak bisa membuatku sadar.

Aku menyerah. Mau dikatakan apa lagi. Aku biarkan terhanyut dalam suka buta ini. Nikmati saja perasaan suka yang ada di hati. Jarang-jarang kan aku bisa suka dengan seseorang. Biasanya kalau sudah seperti ini lama. Setahun mungkin lebih. Dan yang paling bodoh adalah aku tidak akan mungkin berani mengajak dia bicara.

Yang bisa kulakukan hanya melihat Charnia dari kejauhan. Karena duduk kami berjauhan, membuat aku tidak bisa mendekatinya secara diam-diam. Aku duduk di sebelah kanan, dia di kiri. Kami seperti ujung kutub yang tidak akan pernah bisa bertemu. Bisa saja aku datang ke tempat duduk dia, tapi tidak mungkin. Aku belum terlalu siap untuk dapat ledekan dari teman kelas.

Gosip masalah perasaan mudah sekali menyebar. Sudah gitu, teman yang itu-itu saja membuat orang satu mudah menceritakan info satu ke teman yang lainnya. Meski teman yang satu mengatakan jangan bilang ke siapa-siapa, tetap saja tidak bisa dipercaya.

Teman yang kedua memang tidak menyebarkannya, tapi dia bilang ke teman yang ketiga dengan bilang jangan kasih tahu yang lain. Orang ketiga pun mengatakan iya tapi cerita ke satu teman lagi. Begitu terus sampai itu jadi rahasia umum. Belum lagi nanti kalau diledekin. Memang sih cuma bilang, “Ciieeee..” tapi itu cukup membuat aku malu.

Bersambung...

Previous
Next Post »
0 Komentar