Menegangkannya Mengusir Portugis di Maluku dari Sebuah Buku

Di sebelah timur Indonesia hidup pribumi dan non pribumi dengan hidup saling toleransi. Negara penjajah berebut menguasai Maluku yang kaya akan rempah-rempah. Harga tanaman ini jaman dahulu setinggi langit. Maka tidak heran jika bisa disebut sebagai buah emas. Bahkan harga jualnya melebihi emas.

Maluku pada abad ke-16 merupakan kawasan yang toleran. Non pribumi yang menguasai negara ini selain mengambil hasil bumi juga memiliki misi lain. Mereka menyebar agama Kristen. Tapi Sultan Khairun tidak pernah melarangnya. Pemimpin Ternate ini malah memberikan jaminan dan kemudahaan. Rakyatnya bebas memilih agama yang mereka yakini. Dengan sikapnya itulah Maluku selalu damai dan bersatu.

Namanya juga manusia selalu tidak pernah ada puasnya. Para penjajah yang sudah bisa meminta pajak dari rakyat, keamanannya terjamin, Misi Jesuit juga tak dipersulit, tapi masih ingin meminta pajak lebih. Tentu Sultan Khairun tidak membiarkannya begitu saja. Karena dia tahu naiknya pajak hanya merugikan rakyat kecil. Apalagi pasti pajak itu hanya untuk segelintir orang saja yang menikmati.

Terjadilah kekacauan di Maluku. Masalah pajak tinggi ini berimbas pada ketidakamanan Portugis dalam menyebar agama Kristen. Portugis berpikir semua ini adalah ulah Sultan Khairun, orang nomor satu di Ternate. Dibuatlah skenario membunuh Khairun.

Misi berhasil. Namun mereka salah. Bukannya makin tenang, malah keberadaan mereka semakin terancam. Pengganti Khairun yaitu anaknya, Babullah Datu Syah tidak diam melihat ayahnya terbunuh begitu saja. Serangan balasan dilakukan. Portugis kocar-kacir.



Buku “Tahun-tahun yang Menentukan” memang tidak tebal. Hanya 82 halaman dimana 38 halaman berbahasa Indonesia dan sisanya terkonvensi dalam bahasa Inggris. Meski singkat, kamu akan terus dibuat duduk dan terus menatap lembar demi lembar. Rasa penasaran dan seru akan selalu menghantui setiap membaca setiap kalimat.

M Adnan Amal menulis buku ini dengan sangat rapi, mudah dibaca, ringkas, dan mudah dipahami. Aku rasa anak SD yang membaca ini pasti bisa menikmati tulisannya. Buku yang ditulis tahun 2009 ini juga memudahkan orang asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia untuk bisa membacanya. Seperti yang aku tulis di atas, buku ini juga dibuat versi bahasa Inggris dalam satu bundel.

Tidak ada cacat sedikit pun pada karya Adnan. Hanya satu saja yang aku sayangkan. Buku ini terlalu tipis sehingga tidak bisa tahu lebih dalam tentang Maluku. Jika diberi nilai, aku kasih sembilan untuk buku ini. coba saja kamu baca. Pasti tidak menyesal!
Previous
Next Post »
0 Komentar