Yakuza Indonesia, Beda Judul Beda Isi

Apakah Yakuza menjadi pembahasan yang menarik untuk kamu karena selalu menonton film fiksi yang menceritakan tentang mafia Jepang tersebut? Jika iya berarti kita sama. Itulah yang membuat aku tertarik ketika melihat buku Yakuza Indonesia lalu membelinya.


Ini adalah buku kedua yang aku punya mengenai Yakuza. Aku mungkin tidak akan membahas buku pertama karena sudah lama sekali dibaca dan sekarang juga sudah lupa. Berikut kesimpulan yang aku dapat setelah membaca satu bundel ini.

Melihat judul dan sinopsis buku Yakuza Indonesia tidak membutuhkan waktu lama bagiku untuk langsung mengambilnya dari rak buku yang dijajar sebuah stan dalam acara bazar di Jakarta. Aku berpikir kalau ini akan menjadi bacaan yang sangat menarik.

Di awal bacaan, Richard Susilo sebagai penulis menjelaskan tentang sejarah Yakuza berdiri dan filosofinya. Bagiku tidak masalah dengan bagian ini karena masih awal karena merupakan pengetahuan baru buatku. Seperti halnya sebuah film, sebuah puncak cerita akan ada di pertengahan sampai menjelang akhir.

Lalu aku pindah ke bagian kedua dan ketiga. Di sini penulis menceritakan bidang kejahatan apa saja yang mereka geluti di dunia hitam. Juga dirinci total kekayaan yang mereka dapatkan dari pendapatan yang tidak normal tersebut. Sampai akhirnya pemerintah Jepang membuat peraturan yang merugikan Yakuza.

Aku bersabar membaca setiap halaman. Hingga lembar habis aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Penulis hanya membuat judul wah agar dibeli oleh para pemburu buku tapi tidak melihat kualitas dari isinya.

Kenapa aku bisa berkata seperti ini? Buku ini sama sekali tidak menjawab pertanyaan umum ketika membuat judul dan sinopsis. Padahal sebagai pembaca aku ingin dapat meski sedikit pertanyaan dari benak. Bukan hanya itu, selalu ada pengulangan kasus yang selalu dikait-kaitkan. Padahal intinya sama. Aku merasa bahwa buku ini keren sampai bagian ketiga. Setelah itu bikin gigit jari.

Nyatanya penulis cuma memberikan pengetahuan soal Yakuza dan tidak ada membahas keberadaannya di Indonesia. Ada bagian di mana nama daerah dan Indonesia yang tertera di sub judul sebelum halaman berakhir.

Aku senang karena akhirnya penantian ini datang juga. Setelah membaca kata demi kata dan menganalisis, tidak ada satupun kaitannya dengan Indonesia. Bukti-bukti keberadaan Yakuza di Indonesia tidak aku temukan.

Padahal kata tanpa data itu omong kosong. Dalam sebuah berita, ini sama saja dengan opini. Bahkan jika ada orang yang asal tuduh membaca ini, mungkin dia akan bilang hoax atau tulisan tipu. Sebagai seorang jurnalis, penulis seharusnya sadar tidak boleh menaruh opini dalam tulisannya.

Aku tahu tidak mudah membuat buku, tapi tidak dengan menipu seperti ini. Aku tidak menampik bahwa buku ini bagus. Hanya saja dengan judul Yakuza Indonesia dan sinopsis yang menulis tentang keberadaan Yakuza di Indonesia, rasanya sia-sia. Kalau saja judulnya diganti, aku tidak akan kecewa seperti ini.

Sekarang saatnya untuk menilai. Pada dasarnya buku ini bagus karena menceritakan keberadaan Yakuza dan kiprahnya di Jepang. Hal yang tidak pernah aku tahu. Hanya, buku ini mendapat nilai minus besar karena judulnya yang terlalu dibesar-besarkan. Kesimpulannya, aku memberikan nilai 5.5 untuk buku terbitan Kompas ini.
Previous
Next Post »
0 Komentar