Ketika Niat Baik Dinilai Salah

Aku selalu percaya bahwa kehidupan itu akan ada masa di mana sesuatu akan menjadi terpuruk. Akan tetapi setelah itu muncul masa emas. Yang jadi permasalahannya adalah konsistensi untuk menjaga agar sesuatu itu ketika sudah berada di puncak tidak jatuh jauh ke tanah. Boleh turun tapi jangan sampai terlena dengan keterpurukan. Harus segera dicari inti masalah lalu dapatkan jalan keluarnya.

Bingung dengan kalimat di atas? Kita langsung ke kasus saja. Di hunian tempatku tinggal, pemudanya aktif dalam kegiatan sosial hingga terbentuk karang taruna. Wadah tempat pemuda kumpul untuk mengadakan kegiatan apapun yang berguna agar tercipta kegiatan positif. Mereka sangat aktif dalam mengadakan kegiatan.

Hingga sampai masa jaya pemuda ini berakhir. Ketika itu aku masih berusia 14 tahun jadi belum masuk golongan mereka karena usia segitu disebut remaja. Tapi tidak usah kita memperdebatkan arti kata pemuda. Intinya, orang-orang yang aktif di situ adalah mereka yang lebih tua beberapa tahun dariku.

Setelah masa puncak itu, kegiatan pemuda benar-benar mati. Aku tidak tahu kenapa bisa terjadi saat itu. Namanya juga gosip, pasti akan menyebar. Sejarah ketika kecil pun aku dapat setelah sekian lama merangkainya. Singkat cerita, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Kepercayaan itu sangat berharga, maka jangan kecewakan orang yang memberinya.

Bertahun-tahun kegiatan pemuda mati. Tidak ada orang yang sanggup untuk menggerakkan kegiatan. Sesosok pemimpin itu masih terus tersembunyi. Ada yang mencoba untuk memulai tapi masih dalam ruang lingkup kecil. Dia tidak mampu menjadi daya tarik massa. Padahal sebelumnya organisasi ini memiliki massa yang banyak dan kegiatannya sangat aktif

Tahun 2007 kami kedatangan warga baru. Belum genap setahun, dia sudah langsung mengumpulkan pemuda atas nama remaja perumahan. Namanya juga sebuah tindakan, pasti ada saja yang suka dan tidak. Tudingan negatif pun menyebar di perkumpulan yang memiliki skala kecil ini.

"Saya tidak tahu maksudnya apa. Tapi dengan dia menggunakan nama pemuda komplek seakan-akan ingin menjadi lilin di tengah kegelapan lalu menjadi matahari. Dia lupa kalau kita punya karang taruna," kata orang yang sangat mencintai organisasi yang ikut terpuruk itu dan kini mencoba untuk mengembalikan masa kejayaan.

Perbincangan pun mengarah pada pembahasan orang baru ini. Dugaan-dugaan terus dilempar. Perbincangan bukan lagi membahas pada agenda apa yang akan dilakukan, atau mendukung kegiatan agar kegiatan pemuda kembali hidup tapi sudah mengarah pada pikiran-pikiran buruk.

Akhirnya semua orang yang hadir dalam perbincangan itu ikut pada arus pikiran buruk. Meski begitu, undangan tetap dihadiri. Mereka ingin tahu apa yang akan dibahas dan bagaimana visi misinya mengadakan pertemuan ini. Setelah mendengar penjelasannya, aku tahu bahwa ambisi dia untuk menghidupkan remaja sungguh kuat.

Ambisi saja tidak cukup. Butuh karisma, kesabaran, dan keteguhan hati untuk benar-benar bisa melakukan ini. Beberapa tahun kemudian, dia diangkat menjadi pengurus RW membidangi pemuda dan olahraga. Meski demikian, tetap saja dia tidak bisa membangkitkan semangat remaja.

Dua tahun belakang, kembali ada warga baru di sini. Hampir sama dengan orang yang sebelumnya, dia sangat suka dengan kegiatan pemuda meski di umur yang sudah tua. Bedanya, kalau orang sebelumnya lebih pada kegiatan yang berjiwa nasionalis, orang ini cenderung kegiatan agamis.

Caranya pun berbeda. Dia mendekati ketua organisasi remaja masjid untuk mengetahui seluruh kegiatan. Dia memberikan masukan setiap acara yang akan diadakan. Dari situ ketua remaja masjid selalu konsultasi padanya.

Karena kedekatan itu dan terlalu dekat dengan remaja, kembali muncul pikiran negatif dari teman-teman yang sudah tua. Puncaknya menjelang pemilihan umum legislatif hingga calon presiden tahun lalu.

Wisata religi ke Banten dan penyegaran ke Pantai Anyer yang diadakan remaja masjid pertengahan tahun 2014

Momen itu menurutku adalah pemilu terburuk yang pernah aku rasakan. Semua tindakan orang dinilai jelek oleh orang lain karena memunculkan kepentingan tertentu. Seperti tuduhan pada umumnya, orang ini mendekati remaja agar bisa mendapatkan kedudukan tertentu apakah itu di RW atau di pemerintahan.

Bukan karena fitnah ini yang membuat diriku pusing, tapi dengan pemilihan calon presiden sumber utamanya. Apa kepentingan para penuduh ini sampai tega menjelekkan seseorang? Apa mereka ini mendapat jabatan setelah presiden yang didukungnya terpilih? Mereka ini bukan siapa-siapa yang akan mendapat keuntungan tertentu dari kemenangan salah satu presiden. Kalaupun memang demikian, paling tidak seberapa dibandingkan dengan para petinggi partai.

Selesai pemilihan presiden, selesai juga tuduhan. Masalah selesai meski terkadang masih juga ada yang tidak terima dengan presiden terpilih ini. Tidak masalah buatku. Yang penting, inti masalahnya sudah selesai. Fitnah yang berkembang sudah selesai karena tuduhan mereka pada suatu orang baik yang pertama kuceritakan maupun yang kedua tidak benar adanya.

Satu tahun yang lalu paska pemilihan, ketua RW mencoba untuk memilih ketua karang taruna. Organisasi yang meredup hampir satu dekade. Acara puncak yang diselenggarakan organisasi ini dengan organisasi masjid di akhir tahun adalah mengajak seluruh remaja untuk melatih dasar kepemimpinan mereka di kawasan Puncak, Jawa Barat.

Panitia kegiatan latihan dasar kepemimpinan yang diadakan remaja masjid dan karang taruna akhir tahun 2014 di kawasan Puncak, Jawa Barat

Aku yang ditunjuk jadi ketua pelaksana harus pusing memikirkan keseluruhan acara. Inti masalah dari kegiatan ini adalah uang. Kalau barang itu tidak ada, kegiatan sebagus apapun tidak akan jalan. Terpikirlah buatku untuk mendatangi orang pertama yang waktu itu dituduh macam-macam.

Pertama kali mendatangi dia, aku malu. Malu karena sebelumnya tidak pernah konsultasi dengannya. Tapi ketika mau ada acara penting baru datang membawa masalah. Dia menyilakan aku dan ketua karang taruna masuk. Respon dia mendengar acara kami sangat baik. Dia berjanji membantu untuk melobi donatur agar mendapat uang. Bukan hanya itu, dia bahkan memberikan ide agar organisasi ini bisa terus hidup.

Hingga acara tiba dan menjelang keberangkatan ke Puncak, dia menyambangiku. Meski tidak ikut acara, dia memberi semangat dan berdoa agar acara sukses terlaksana tanpa ada hambatan.

Lain orang pertama, lain juga dengan orang yang kedua. Orang kedua yang juga dituduh ini sampai sekarang menjadi penasehat di saat organisasi masjid mengadakan acara. Bahkan dia juga mendukung kegiatan karang taruna yang bersifat positif. Hingga sampai saat ini bantuannya murni tanpa berharap apapun dari remaja.

Itulah kisah dua orang baru yang memiliki niat baik tapi dinilai salah oleh orang lain. Semua orang punya pikiran yang berbeda-beda. Dari pikiran yang berbeda itu pasti ada saja tanggapan baik ataupun buruk. Buatku, tidak penting anggapan buruk mereka karena aku yang menjalaninya.

Di media sosial ada kutipan yang lagi ngehits, "Kita hanya punya dua tangan. Oleh karena itu kita tidak akan pernah bisa menutup semua mulut orang yang menilai buruk. Yang bisa dilakukan hanya menutup kedua telinga kita."
Previous
Next Post »
0 Komentar