Kisah-Kasih di Sekolah (Bagian 70)

Bacaan sebelumnya klik di sini


“Sudah daritadi Jef?” Tanta Ka Nonta yang langsung duduk di depan aku.

“Selesai salat saya sudah di sini,” Aku tidak memberikan jawaban biar dia yang menyimpulkan. Ka Nonta melihat jam dinding yang tepat berada di atas aku.

“15 menit yah. Lumayan lah ya. Saya juga sama tapi langsung ke sekertariat dulu karena ada yang dikerjakan.” Aku dulu pernah masuk ke sana dua tahun lalu di bulan puasa juga. Saat itu menjelang hari terakhir ramadhan, jadi kegiatan di masjid lebih sering rapat dan mengurus persiapan hari raya. Setelah itu tidak pernah lagi.

Kami mengobrol sambil membunuh waktu. Telat dalam kegiatan rapat sepertinya sudah biasa. Ka Nonta menanyakan di mana teman-teman aku yang lain. Aku bingung mau menjawab apa karena setelah salat Isya mereka sudah melayap. Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya paling mereka pindah ke kampung sebelah.

Untuk memberikan jawaban yang memuaskan aku jawab saja nanti mereka akan ke sini. Kalau sekarang sedang bermain. Memang seperti itu adanya. Ya, mungkin jam 11 malam di sini kalau telah puas menghabiskan masa muda. Setelah itu kami membicarakan REMATA karena aku masih penasaran dan siapa yang mengundang acara ini.

Memang kenyataannya bukan Ka Nonta yang membuat. Dia hanya menggemborkan pada anak muda yang ada di bawahnya. Pastinya bukan aku karena aku jauh lebih muda. Tapi usia mereka tidak begitu jauh dengan aku dan merupakan teman bermain saat kecil juga. Jadi bisa disimpulkan kami sudah kenal satu sama lainnya.

Akan tetapi jaman sudah berubah. Teman yang bermain itu pasti jauh lebih berkembang dari aku baik dari sisi pengalaman maupun keahlian. Dan yang aku bisa lakukan adalah menyerap apa yang mereka punya tersebut dan mempraktekkannya. Jadi aku bisa bersaing dengan orang-orang yang seusiaku. Kemampuan aku bermain komputer juga salah satunya dari mereka. Dan ini yang membuat Tia kagum padaku ketika menginstal ulang komputernya beberapa bulan yang lau.

Tak lama Fadlan dan Eki datang. Mereka masih teman bermain juga dan suka ke rumah Sandi. Hanya saja mereka hampir sama dengan aku yang tidak begitu berpengaruh pada hal yang nakal. Aku juga sempat heran ke mana mereka tadi saat salat Isya. Karena biasanya pasti ada juga saat kami nongkrong di warung.

Ya sudah lah biarkan saja. Yang penting mereka hadir. Berarti aku ada temannya sekarang. Tapi acara masih belum dimulai karena yang punya hajat belum datang dan juga orangnya masih sedikit. Setengah jam kemudian baru berdatangan satu persatu.

Orang yang diberi mandat pada Ka Nonta hadir. Kedatangannya langsung membuat suasana ramai. Ya jelas saja dia memang pembuat situasi menjadi berwarna. Orang ini membawa teman-teman yang lain yang tentunya seumuran dengannya. Aku kenal semuanya. Jelas saja dulu saat main sepak bola dan kelereng, suka gabung bersama mereka.

Kalau dilihat-lihat ini yang hadir pria semua. Ini rapat organisasi atau kelas di STM? Masalah ini juga dibahas sebagai ajang lucu-lucuan. Sang ketua acara sebenarnya sudah mengundang para wanita. Katanya sih sudah di jalan. Berarti tinggal kami tunggu saja. Aku menduga pasti lebih tua dari aku karena mereka kan tidak ada kenalan. Nanti kalau sudah terlibat jauh dalam REMATA mungkin akan aku ajak para akhwat yang aku kenal.

Akhirnya rapat dimulai. Mau tidak mau harus segera dilakukan karena sudah larut. Kalau ditunda besok tidak mungkin akan hadir semua. Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan REMATA tahun ini. Yang tidak boleh terlewat adalah pesantren kilat. Ini adalah acara yang sudah ada sejak dulu bahkan ketika REMATA pertama kali terbentuk.

Setelah itu kami bingung mau buat apa lagi. Terang saja karena kami baru mencoba menghidupkan kegiatan remaja lagi. Ada ide dari Ka Nonta untuk mengadakan sahur bersama di masjid. Menarik dalam bayangan aku. Untuk kegiatan di dalamnya masih dipikirkan lagi. Kami terdiam membayangkan mau diisi apa acara yang sudah direncanakan ini.

Salam dari luar memecah keheningan. Kami semua menoleh ke sumber suara. Mereka adalah para wanita yang dibicarakan tadi. Tidak ada yang aku kenal. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya mereka bukan seusia dengan aku dan rumahnya ada di depan komplek. Yang dekat sini saja tidak ada yang aku hapal karena jarang keluar, bagaimana yang jauh.

Maklum perumahan di sini cukup besar. Kami membaginya menjadi dua wilayah, anak depan dan belakang. Aku masih dalam bagian belakang. Begitu juga letak masjid. Itulah sebabnya aku jarang melihat orang-orang yang ada di depan sana.

Para wanita ini berjalan melewati aku yang berada di dekat pintu. Ada lima orang. Aku memindai satu-satu yang lewat. Semuanya cakep. Aku merasa sangat tidak rugi datang rapat meski dimulai telat. Kalau begini sih tidak boleh terlewatkan setiap kegiatan rapat. Tapi dari semunya ada satu wanita yang menjadi perhatian aku. Mataku tak pernah pindah sejak melihatnya. Dia manis sekali. Siapa dia?

Bersambung…

Previous
Next Post »
0 Komentar